6 Penyebab Kebocoran Data dan Cara Mencegahnya

6 Penyebab Kebocoran Data dan Cara Mencegahnya

Daftar Isi

Tahukah Anda bahwa penyebab kebocoran data tidak selalu berasal dari serangan hacker semata? Dalam banyak kasus, faktor internal justru menjadi penyebab yang tak disadari. Kebocoran data bisa terjadi karena kelalaian kecil, seperti penggunaan kata sandi lemah atau kesalahan konfigurasi sistem. 

Akibatnya, informasi pribadi, data pelanggan, hingga rahasia perusahaan bisa tersebar luas tanpa kendali. Artikel ini akan membahas 6 penyebab paling umum di balik kebocoran data serta langkah-langkah efektif untuk mencegahnya sebelum terlambat. Baca selengkapnya!

Apa Itu Kebocoran Data?

Kebocoran data terjadi ketika informasi sensitif, rahasia, atau pribadi dibocorkan kepada pihak yang tidak memiliki izin untuk mengaksesnya. Dalam konteks yang lebih spesifik, kebocoran data pribadi mengacu pada kondisi saat informasi penting seperti nama, nomor identitas, atau data keuangan tersebar dan dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. 

Jenis data yang bisa mengalami kebocoran pun beragam, mulai dari data pribadi seperti identitas seseorang, data keuangan yang berisi informasi transaksi, hingga data perusahaan yang mencakup laporan finansial maupun strategi bisnis internal.

Faktor Penyebab Kebocoran Data

Kebocoran data bisa terjadi bukan hanya karena serangan dari luar, tetapi juga akibat kelalaian internal. Berikut ini 6 penyebab kebocoran data yang umum terjadi:

Faktor Penyebab Kebocoran Data

1. Serangan Siber (Cyber Attacks)

Serangan siber merupakan penyebab paling sering terjadi dan biasanya dilakukan oleh pihak tidak bertanggung jawab yang ingin mencuri data sensitif. Para peretas (hackers) menggunakan berbagai teknik untuk menembus sistem keamanan dan mengakses informasi pribadi. 

Beberapa jenis serangan yang umum meliputi:

  • Phishing: Teknik manipulasi di mana peretas berpura-pura menjadi pihak terpercaya untuk memperoleh data penting. Saat ini, phishing tidak hanya melalui email, tetapi juga memanfaatkan mesin pencari (search engine) melalui metode SEO Poisoning.
  • Malware: Perangkat lunak berbahaya yang dibuat untuk merusak, menghapus, atau mencuri data dari perangkat korban.
  • Ransomware: Jenis malware yang mengunci akses data dan meminta tebusan agar korban dapat membukanya kembali. Biasanya disebarkan lewat phishing atau social engineering.
  • Advanced Persistent Threat (APT): Serangan yang dilakukan secara terencana dan berkelanjutan, sering kali disponsori oleh negara, untuk melakukan spionase dan pencurian data rahasia. Kini, ancaman juga berkembang dengan pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT).

2. Kelemahan Sistem Keamanan

Sistem keamanan yang lemah membuka peluang besar bagi peretas untuk masuk dan mengambil data. Faktor ini termasuk dalam kategori system error, yaitu kesalahan yang terjadi karena pengelolaan teknologi yang tidak optimal. 

Beberapa bentuk kelemahan sistem yang sering dimanfaatkan antara lain:

  • Sistem tidak diperbarui (unupdated systems): Ketika pembaruan atau patch keamanan diabaikan, celah lama dapat menjadi jalan masuk peretas.
  • Kata sandi lemah: Penggunaan kata sandi yang mudah ditebak membuat akun rentan terhadap pencurian.
  • Perangkat lunak tidak aman: Software yang jarang diperbarui atau memiliki bug sering dimanfaatkan oleh pihak jahat untuk mengeksploitasi vulnerabilities.

3. Kesalahan Manusia (Human Error)

Kesalahan manusia merupakan penyebab paling umum dan sering kali tidak disadari. Bahkan, BSSN menyebutkan bahwa 60–70% kasus kebocoran data disebabkan oleh perilaku pengguna yang kurang hati-hati atau tidak patuh pada aturan keamanan. Beberapa bentuk human error yang kerap terjadi meliputi:

  • Email salah kirim: Data sensitif dikirim ke alamat penerima yang keliru.
  • Pengelolaan data ceroboh: Misalnya, menyimpan atau mengunggah file penting tanpa perlindungan kata sandi atau enkripsi.
  • Kesalahan konfigurasi: Contohnya pengaturan keamanan yang salah pada layanan cloud sehingga data bisa diakses oleh pihak luar.

4. Insider Threats (Ancaman dari Dalam)

Tidak semua kebocoran data terjadi karena serangan dari luar. Dalam banyak kasus, ancaman justru muncul dari orang dalam atau insider threats. Ancaman ini berasal dari karyawan atau pihak yang memiliki akses terhadap data perusahaan dan kemudian menyalahgunakannya, baik karena ketidakpuasan, kelalaian, atau bahkan motif pribadi. 

Anda perlu berhati-hati jika ada individu di sekitar Anda yang memiliki akses ke informasi sensitif. Tanpa pengawasan dan sistem keamanan yang ketat, tindakan seperti pencurian atau kebocoran data oleh orang dalam dapat terjadi kapan saja dan menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan.

5. Perangkat yang Hilang atau Dicuri

Perangkat seperti laptop, ponsel, atau tablet yang berisi data penting menjadi sasaran empuk penyebab kebocoran data ketika hilang atau dicuri. Jika perangkat tersebut tidak dilindungi dengan enkripsi atau pengamanan tambahan, maka siapa pun yang menemukannya dapat mengakses isi datanya dengan mudah. 

Untuk menghindari hal ini, perlu memastikan setiap perangkat memiliki sistem enkripsi aktif dan perlindungan kata sandi yang kuat. Selain itu, organisasi sebaiknya menerapkan kebijakan remote data wipe agar data di perangkat yang hilang bisa dihapus secara jarak jauh, sekaligus menyiapkan prosedur keamanan internal untuk menangani kasus kehilangan perangkat.

6. Kepatuhan terhadap Regulasi yang Kurang

Kurangnya kepatuhan terhadap regulasi perlindungan data menjadi salah satu penyebab besar terjadinya kebocoran data. Ketidakpatuhan terhadap aturan seperti Undang-Undang Pelindungan Data Pribadi (UU PDP) menunjukkan bahwa perusahaan belum menerapkan standar keamanan yang memadai untuk menjaga data sensitif. 

Cara Mencegah Kebocoran Data

Mencegah kebocoran data sangat penting di era digital karena kebocoran dapat menimbulkan kerugian besar, baik secara finansial maupun reputasi. Berikut beberapa cara efektif yang bisa Anda terapkan untuk mencegah kebocoran data:

Cara Mencegah Kebocoran Data

1. Implementasi Keamanan Siber yang Lebih Kuat

Langkah pertama dalam melindungi data adalah memperkuat sistem keamanan siber. Anda dapat melakukannya dengan menggunakan antivirus, firewall, dan enkripsi data untuk menahan serangan digital yang berpotensi membobol informasi sensitif. 

2. Pembaruan Sistem dan Patch Keamanan

Jangan menunda pembaruan sistem. Pastikan seluruh perangkat dan software selalu up-to-date, karena pembaruan dan patch keamanan membantu menutup celah yang dapat dimanfaatkan oleh peretas. 

Banyak serangan siber terjadi karena sistem belum diperbarui. Dengan memperbarui software secara rutin, Anda dapat memastikan sistem terlindungi dari eksploitasi yang bisa menyebabkan kebocoran data.

3. Pelatihan Kesadaran Keamanan untuk Karyawan

Kesalahan manusia sering menjadi pintu masuk utama kebocoran data. Karena itu, perusahaan harus rutin memberikan pelatihan kesadaran keamanan kepada seluruh karyawan. Edukasi ini meliputi cara mengenali email phishing, memahami risiko siber, serta menerapkan praktik terbaik dalam menjaga keamanan data.

Selain itu, penting bagi organisasi untuk selalu mematuhi regulasi perlindungan data seperti UU Pelindungan Data Pribadi (UU PDP) dan General Data Protection Regulation (GDPR). Perusahaan juga perlu menerapkan prosedur keamanan untuk perangkat fisik, termasuk enkripsi dan penghapusan data jarak jauh guna mengantisipasi kehilangan informasi. 

4. Menggunakan Autentikasi Multi-Faktor (MFA)

Anda dapat meningkatkan keamanan data dengan menerapkan Autentikasi Multi-Faktor (MFA). Sistem ini menambahkan lapisan perlindungan ekstra karena pengguna harus melakukan lebih dari satu verifikasi sebelum bisa mengakses data. Misalnya, selain memasukkan kata sandi, pengguna juga harus memasukkan kode verifikasi yang dikirim ke ponsel atau email. 

Dengan cara ini, risiko akses tidak sah dapat ditekan secara signifikan. Bahkan jika kredensial Anda telah bocor, MFA tetap mampu mencegah penyusup masuk. Karena itu, begitu ada indikasi kebocoran data, segera ganti kata sandi dan aktifkan MFA sebagai langkah pencegahan tambahan.

5. Manajemen Akses Data yang Ketat

Untuk menjaga keamanan data sensitif, Anda perlu menerapkan manajemen akses yang ketat. Prinsip utamanya adalah hanya pihak yang benar-benar berwenang yang boleh melihat atau mengubah data penting. 

Cara efektif untuk melakukannya adalah dengan sistem role-based access control (RBAC), yaitu setiap pengguna hanya mendapat akses sesuai perannya. Misalnya, staf keuangan hanya dapat membuka data keuangan, bukan data pribadi karyawan. 

Pendekatan ini secara langsung mengurangi risiko penyalahgunaan atau pencurian data oleh pihak yang tidak berkepentingan, sehingga data lebih terjamin keamanannya.

6. Penerapan Prosedur Keamanan untuk Perangkat Fisik

Perangkat seperti laptop dan ponsel yang hilang atau dicuri sering menjadi celah terjadinya kebocoran data. Karena itu, organisasi perlu memiliki prosedur keamanan khusus untuk menangani hal ini. Salah satu langkah penting adalah melakukan enkripsi pada perangkat penyimpanan data agar informasi di dalamnya tidak mudah diakses oleh pihak lain. 

Selain itu, pastikan perangkat memiliki fitur remote data wipe, yaitu kemampuan menghapus data dari jarak jauh jika perangkat hilang. Dengan penerapan kebijakan ini, risiko kebocoran data akibat kehilangan perangkat dapat diminimalkan secara signifikan.

7. Mematuhi Standar dan Regulasi Perlindungan Data

Kepatuhan terhadap standar dan regulasi perlindungan data menjadi kunci dalam mencegah kebocoran informasi. Untuk mendukung hal ini, perusahaan harus memperkuat literasi digital di semua lapisan, mulai dari manajemen hingga petugas cleaning service dan security, agar kesadaran akan pentingnya perlindungan data benar-benar tertanam dalam budaya kerja.

Bangun Budaya Keamanan Data Sejak Sekarang!

Kebocoran data adalah ancaman nyata yang bisa mengguncang reputasi dan kepercayaan publik terhadap individu maupun organisasi. Dari kelalaian kecil hingga serangan siber besar-besaran, setiap celah keamanan bisa menjadi pintu masuk bagi pihak tak bertanggung jawab. 

Karena itu, langkah pencegahan harus dilakukan secara menyeluruh. Dengan membangun budaya keamanan data yang kuat dan disiplin mematuhi regulasi, Anda akan melindungi informasi berharga, juga menciptakan lingkungan digital yang lebih aman dan terpercaya. Saatnya waspada dan bertindak nyata demi keamanan data dan organisasi.

Baca Juga : Cara Mengatasi dan Mencegah Pencurian Data Perusahaan

Isi form berikut! Tim kami segera menghubungi Anda.