Serangan Distributed Denial of Service (DDoS) kini semakin marak terjadi, kasus serangan DDoS di Indonesia bahkan pernah terjadi berkali-kali. Masalahnya, serangan ini bisa melumpuhkan sistem dan menyebabkan kerugian besar bagi perusahaan atau organisasi.
Kondisi ini semakin diperparah dengan meningkatnya skala dan kompleksitas serangan DDoS yang membuat korban sulit untuk bertahan. Lalu, bagaimana kita sebagai pengguna teknologi dalam menghadapi ancaman ini?
Solusinya terletak pada pemahaman tentang DDoS itu sendiri, belajar dari pengalaman yang pernah terjadi, serta menemukan upaya yang dilakukan untuk mencegah dan mengatasinya. Artikel ini akan membahasnya secara lengkap. Baca selengkapnya!
Sejarah Serangan DDoS Di Seluruh Dunia
Sejarah serangan DDoS di dunia telah dimulai sejak awal 1990-an, ketika serangan pertama kali mengganggu layanan online secara global. Serangan ini bertujuan menghalangi akses pengguna ke situs web atau layanan online dengan membanjiri jaringan menggunakan lalu lintas tidak berguna.
Penyerang menggunakan botnet, yaitu jaringan komputer yang telah terinfeksi malware dan dikendalikan secara jarak jauh. Awalnya, serangan DDoS digunakan untuk protes atau perang siber antar individu. Namun, seiring waktu, kelompok kriminal dan negara-negara mulai memanfaatkan serangan ini untuk merusak infrastruktur digital pihak lain.
Pada 2016, salah satu serangan DDoS terbesar melumpuhkan penyedia layanan DNS besar, menyebabkan banyak situs terkenal tak dapat diakses selama berjam-jam. Serangan ini mengungkapkan kerentanan infrastruktur digital kita terhadap ancaman DDoS.
Untuk melawannya, banyak perusahaan telah mengembangkan solusi keamanan seperti firewall dan sistem deteksi intrusi yang dapat mengenali serta memblokir serangan. Meski begitu, DDoS tetap menjadi ancaman serius karena para penyerang terus berinovasi, menciptakan teknik dan sumber daya baru untuk melancarkan serangan lebih kuat.
Dampak Serangan DDoS
Serangan DDoS (Distributed Denial of Service) secara langsung mengganggu kinerja situs web dan infrastruktur dengan membanjiri server menggunakan traffic internet yang berlebihan.
Dampaknya, akses pengguna ke situs web menjadi terhambat, dan kinerja situs web menurun drastis. Selain mengganggu akses, serangan DDoS juga berpotensi menimbulkan kerugian finansial serta merusak reputasi bisnis di mata pengguna.
Oleh karena itu, situs web dan infrastruktur harus dilengkapi dengan sistem keamanan yang kuat untuk mencegah serangan DDoS yang merusak.
Contoh Kasus Serangan DDoS di Indonesia
Kasus hacker di Indonesia dapat dilihat dari serangan DDoS (Distributed Denial of Service), serangan telah menjadi masalah yang sering terjadi. Beberapa insiden terkenal yang mencerminkan kerentanan infrastruktur digital negara ini.
Berikut adalah beberapa contoh kasus serangan DDoS yang pernah terjadi:
1. Ticket.com dan Citilink (2016)
Pada tahun 2016, sekelompok peretas menyerang situs Tiket.com dan maskapai Citilink menggunakan serangan DDoS. Akibatnya, kedua situs tersebut tidak dapat diakses oleh pengguna.
Kasus ini menunjukkan betapa rentannya keamanan website di Indonesia terhadap ancaman serangan DDoS, khususnya dalam sektor travel dan penerbangan.
2. Website Sekretariat Kabinet RI (2020)
Pada tahun 2020, banyak situs pemerintah dan perusahaan di Indonesia menjadi target serangan hacker. Salah satu yang diserang adalah website Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, yang berhasil dibobol oleh peretas.
Serangan DDoS ini kembali mengungkap kelemahan infrastruktur keamanan data digital yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia, dan hal tersebut akhirnya menyadarkan masyarakat akan pentingnya perlindungan sistem.
3. Website DPR RI Down (2020)
Pada tahun 2020, situs Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) menjadi target serangan siber yang cukup serius. Serangan DDoS yang dilancarkan peretas berhasil membuat situs DPR RI tidak dapat diakses oleh publik selama beberapa waktu.
Peretas berhasil mengubah nama situs, sehingga menunjukkan adanya kelemahan dalam sistem keamanan situs pemerintah. Serangan ini menimbulkan banyak kekhawatiran dan memicu diskusi di kalangan masyarakat tentang seberapa kuat infrastruktur digital negara.
Baca Juga : 9 Cara Mengatasi Serangan DDoS Attack: Wajib Tahu!
Contoh Kasus Serangan DDoS yang Menggemparkan Dunia
Beberapa contoh serangan DDoS yang menggemparkan dunia mencakup insiden-insiden besar yang menunjukkan dampak serius terhadap infrastruktur internet global. Berikut adalah beberapa contoh serangan yang pernah terjadi:
1. Serangan DDoS pada Situs CNN
Pada tahun 2014, CNN, situs berita terkemuka di dunia, menjadi target serangan DDoS besar yang mengganggu layanan beritanya. Penyerang memanfaatkan jaringan botnet untuk mengirimkan permintaan HTTP dalam jumlah besar ke server CNN.
Akibatnya, lalu lintas yang berlebihan membebani server hingga tidak mampu merespons permintaan pengguna sah. Selama serangan tersebut, banyak pengguna kesulitan mengakses situs CNN karena layanan menjadi sangat lambat atau tidak tersedia sama sekali, yang berdampak negatif pada citra dan kredibilitas CNN sebagai sumber berita.
2. Serangan DDoS pada Situs GitHub
Pada tahun 2018, GitHub, salah satu platform pengembangan perangkat lunak terbesar di dunia, menghadapi serangan DDoS besar-besaran. Sebagai penyedia layanan hosting proyek perangkat lunak open source, GitHub menjadi target menarik bagi para penyerang.
Mereka menggunakan serangan volumetrik dengan memanfaatkan ribuan perangkat yang terinfeksi untuk membanjiri server GitHub dengan lalu lintas internet berkecepatan tinggi, yang mengakibatkan gangguan serius pada kinerja situs.
Meskipun tim keamanan GitHub merespons dengan cepat, serangan tersebut tetap menyebabkan gangguan layanan, sehingga pengguna kesulitan mengakses dan berkolaborasi dalam proyek open source.
3. Serangan DDoS pada Situs Dyn
Pada tahun 2016, serangan DDoS menargetkan penyedia layanan DNS terkemuka, Dyn, yang menyebabkan gangguan besar pada operasi internet global. Dyn, yang menyediakan DNS untuk berbagai situs web terkenal, mengalami serangan lalu lintas DDoS masif yang diarahkan ke server mereka.
Serangan ini mengakibatkan situs-situs yang bergantung pada layanan DNS Dyn, seperti Netflix, Twitter, dan Reddit, tidak dapat diakses. Serangan ini tidak hanya mengganggu layanan online, tetapi juga menimbulkan kerugian finansial yang signifikan.
4. Serangan DDoS pada Situs PlayStation Network
PlayStation Network (PSN), layanan gaming online dari Sony, sering menjadi target serangan DDoS. Penyerang menggunakan metode serangan volumetrik untuk mengacaukan koneksi gamers ke server PSN.
Serangan ini menyebabkan gangguan saat bermain game online dan mengakses layanan lainnya. Akibatnya, para pemain kesulitan mengakses game dan layanan PSN, yang secara langsung mengganggu pengalaman gaming mereka.
5. Serangan DDoS pada KasKus
Pada tahun 2017, KasKus, forum online terbesar di Indonesia, mengalami serangan DDoS yang membuat situsnya tidak tersedia. Penyerang memanfaatkan botnet untuk mengirim permintaan berlebihan ke server KasKus, sehingga forum tersebut sulit diakses.
Akibat dari serangan ini, pengguna KasKus tidak bisa mengakses situs atau berpartisipasi dalam diskusi online. Kejadian ini tentunya sangat mengganggu aktivitas komunitas mereka secara signifikan.
Bagaimana Cara Mengatasi Serangan DDoS?
Mengatasi serangan DDoS (Distributed Denial of Service) memerlukan pendekatan yang tepat. Berikut adalah beberapa langkah dan strategi yang dapat diambil untuk mitigasi dan penanganan serangan DDoS:
1. Menggunakan Firewall
Menggunakan firewall adalah langkah penting dalam mengatasi serangan DDoS. Firewall berperan sebagai pertahanan awal jaringan dengan menganalisis lalu lintas yang masuk dan keluar.
Alat ini mampu memutuskan lalu lintas mana yang diizinkan dan mana yang harus diblokir. Dalam konteks serangan DDoS, firewall efektif dalam memblokir lalu lintas mencurigakan atau berlebihan yang sering menjadi tanda serangan.
Selain itu, firewall dapat membatasi jumlah lalu lintas yang masuk ke server, membantu mencegah dampak serangan DDoS yang mencoba membanjiri server dengan permintaan berlebih. Ini menjadi strategi penting untuk melindungi jaringan dari serangan merugikan.
2. Menggunakan CDN (Content Delivery Network)
Menggunakan Content Delivery Network (CDN) merupakan strategi efektif untuk menghadapi serangan DDoS. Ketika pengguna mengakses situs web, CDN menyajikan konten dari server terdekat, bukan dari server utama, sehingga mempercepat akses.
Dalam menghadapi serangan DDoS, CDN bekerja melalui tiga langkah. Pertama, CDN mendistribusikan lalu lintas situs web ke berbagai server CDN, mengurangi beban pada server utama.
Kedua, CDN mampu menyaring lalu lintas dan mendeteksi aktivitas mencurigakan, lalu mengarahkan serangan DDoS menjauh dari server utama. Ketiga, CDN menyimpan salinan konten situs di cache, memastikan situs tetap beroperasi meski diserang.
3. Menggunakan Layanan Anti-DDoS
Layanan anti-DDoS menawarkan perlindungan khusus untuk situs web dan infrastruktur dari serangan DDoS. Dengan mengintegrasikan teknologi canggih dan pemantauan berkelanjutan, layanan ini juga mampu mendeteksi dan merespons serangan DDoS secara efektif.
Saat menghadapi ancaman ini, layanan anti-DDoS secara otomatis mendeteksi serangan yang sedang berlangsung. Mereka memantau lalu lintas jaringan secara real-time, mengidentifikasi pola mencurigakan yang dapat menunjukkan adanya serangan DDoS.
Begitu serangan terdeteksi, tim keamanan yang terlatih segera mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman tersebut. Layanan ini juga menyaring lalu lintas, mengarahkan pengunjung yang sah ke server Anda, dan memblokir lalu lintas mencurigakan.
Waspada Terhadap Ancaman DDoS!
Sebagai penutup, penting bagi kita untuk selalu waspada terhadap ancaman serangan DDoS yang dapat mengganggu operasi digital. Kesadaran akan potensi serangan ini dan pemahaman tentang langkah-langkah pencegahan yang efektif sangatlah krusial.
Dengan menggunakan solusi keamanan yang tepat, seperti firewall, CDN, dan layanan anti-DDoS, kita dapat melindungi situs web dan infrastruktur dari kerugian yang ditimbulkan. Mari bersama-sama menciptakan lingkungan online yang lebih aman dan mengurangi risiko serangan DDoS agar aktivitas digital tetap berjalan lancar.
Baca Juga : Perbedaan DoS dan DDoS: Apa yang Membedakan?