Apa itu Email Spoofing? Tujuan, Metode, dan Cara Mencegahnya

Apa itu Email Spoofing? Tujuan, Metode, dan Cara Mencegahnya

Daftar Isi

Email spoofing adalah salah satu taktik penipuan digital yang sering digunakan untuk menyamar sebagai pihak terpercaya. Anda mungkin pernah menerima email dari bank atau perusahaan besar, padahal sebenarnya itu palsu. Teknik ini juga bisa membuka jalan bagi serangan phishing atau pencurian data pribadi. 

Artikel ini akan membahas bagaimana cara kerja taktik ini, tujuan di baliknya, hingga metode umum yang digunakan. Anda juga akan menemukan langkah-langkah efektif untuk mencegahnya. Waspadai ciri-cirinya! Karena sering kali, tampilannya sangat meyakinkan. Mari bahas lebih dalam di bagian selanjutnya.

Apa itu Email Spoofing?

Email spoofing adalah teknik penipuan yang digunakan oleh pelaku kejahatan siber dengan cara menyamarkan identitas pengirim dalam sebuah email. Mereka mengubah bagian “From” pada email header agar terlihat seolah-olah dikirim dari pihak terpercaya seperti bank, instansi pemerintah, atau atasan di tempat kerja. 

Pelaku tidak perlu meretas akun email asli, cukup dengan memalsukan informasi pengirim untuk membuat pesan tampak sah. Teknik ini sering dimanfaatkan dalam aktivitas phishing dan spamming karena dapat meyakinkan penerima bahwa pesan tersebut benar-benar datang dari sumber yang mereka kenal. 

Celah keamanan dalam sistem pengiriman email, terutama pada protokol lama seperti SMTP (Simple Mail Transfer Protocol) yang tidak memiliki fitur keamanan bawaan, memungkinkan pemalsuan ini terjadi dengan mudah. Tujuannya sederhana: membuat penerima percaya dan mengikuti perintah dalam email tersebut.

Cara Kerja Email Spoofing

Pelaku email spoofing memanfaatkan kelemahan protokol pengiriman email seperti SMTP dan menggabungkannya dengan teknik social engineering. Berikut tahapan proses kerjanya:

1. Mengeksploitasi Kelemahan Protokol

Pelaku biasanya hanya membutuhkan server SMTP dan layanan email seperti Gmail, Outlook, atau situs pengirim email palsu. Karena SMTP tidak memiliki sistem verifikasi otomatis untuk memastikan siapa pengirim sebenarnya, mereka dapat dengan mudah memalsukan alamat pengirim.

2. Memanipulasi Email Header

Setelah membuat pesan, pelaku memalsukan informasi dalam email header, khususnya pada kolom seperti “From”, “Reply-To”, dan “Return-Path”. Informasi palsu inilah yang akan dilihat penerima, sehingga membuat pesan tampak berasal dari sumber yang kredibel.

3. Menggunakan Teknik Social Engineering

Pelaku memainkan emosi dan logika penerima untuk mendapatkan kepercayaan. Proses ini biasanya terdiri dari dua bagian:

  • Pretext (Alasan): Pelaku menyamar sebagai individu atau institusi yang dikenal korban. Mereka menyusun narasi yang logis dan meyakinkan, sering kali disertai unsur urgensi agar korban segera bertindak.
  • Action Statement (Pernyataan Tindakan): Setelah membangun kepercayaan, pelaku memberikan instruksi sederhana seperti mengisi formulir, mengklik tautan, atau menjalankan aksi tertentu. Instruksi dibuat agar terasa mudah dan masuk akal agar korban tidak curiga.

4. Menyamar dan Mengirim

Melalui identitas palsu dan cerita yang meyakinkan, pelaku mengirim email yang mendesak penerima untuk bertindak cepat. Meskipun kadang mudah dikenali lewat tata bahasa yang buruk, banyak email spoofing yang cukup rapi sehingga terlihat sah. 

Risiko utamanya adalah tautan atau lampiran berisi malware yang bisa merusak sistem. Teknik ini sering digunakan dalam kampanye phishing karena penerima cenderung membuka pesan dari alamat yang tampak resmi.

Tujuan Email Spoofing

Pelaku kejahatan siber memanfaatkan email spoofing untuk menipu dan mengeksploitasi korban dengan berbagai tujuan tersembunyi. Berikut ini beberapa tujuan utama dari praktik ini:

1. Menyembunyikan Identitas Asli Pengirim

Pelaku menggunakan email spoofing untuk menyembunyikan identitas sebenarnya. Mereka memalsukan informasi pada bagian email header, seperti kolom From, Reply-To, dan Return-Path. Saat pesan diterima, penerima hanya melihat identitas palsu tersebut, yang tampak seperti berasal dari sumber terpercaya.

2. Melewati Spam dan Block

Untuk menghindari deteksi sistem spam filter, pelaku sering menyamarkan email agar tampak sah. Dengan begitu, pesan tidak langsung masuk ke folder spam, melainkan ke kotak masuk utama, membuat kemungkinan dibaca korban menjadi lebih besar.

3. Pura-pura Menjadi Sumber yang Diketahui Penerima

Pelaku berpura-pura menjadi pihak yang dikenal atau dipercaya oleh penerima, seperti bank, instansi pemerintah, atau atasan kerja. Mereka mengubah kolom pengirim agar tampak meyakinkan dan menulis isi pesan yang mendesak, sehingga korban terpancing untuk segera menanggapi tanpa curiga.

4. Melakukan Pencurian Identitas

Melalui email spoofing, pelaku melakukan phishing untuk mencuri data pribadi seperti kata sandi, nomor kartu kredit, atau informasi identitas. Data ini kemudian digunakan untuk penipuan finansial atau mendaftar layanan atas nama orang lain. 

Bahkan, mereka bisa menyamar sebagai pimpinan perusahaan untuk meminta transfer uang ke rekening palsu (Business Email Compromise).

5. Menyebarkan Malware yang Tersembunyi

Banyak email spoofing menyisipkan lampiran atau tautan berbahaya yang terlihat seperti dokumen penting. Saat dibuka atau diunduh, perangkat korban bisa terinfeksi malware yang memungkinkan pelaku mengakses data atau sistem tanpa izin.

6. Melakukan Serangan Man-in-the-Middle (MitM)

Meskipun bukan tujuan langsung dari email spoofing, serangan Man-in-the-Middle (MitM) bisa terjadi saat pengguna mengakses email melalui jaringan publik yang tidak aman. Dalam situasi ini, pelaku bisa menyusup ke komunikasi antara pengguna dan server email, lalu mencuri informasi sensitif tanpa diketahui.

Cara Mencegah Email Spoofing

Meski sulit dihilangkan sepenuhnya, serangan email spoofing dapat dicegah dengan langkah-langkah yang tepat. Berikut ini beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk mencegahnya:

Cara Mencegah Email Spoofing

1. Waspadai Email yang Tampak Mencurigakan

Hindari langsung percaya pada email yang bersifat mendesak, meminta informasi rahasia, atau menyertakan tautan dan lampiran aneh. Penipu sering memakai kata-kata penuh tekanan untuk membuat korban bereaksi tanpa berpikir panjang. 

Jika Anda menemukan subjek seperti “Akun Anda Diblokir” atau “Segera Transfer Dana”, waspadalah. Perhatikan juga kesalahan ketik atau bahasa yang tidak sopan, karena organisasi resmi biasanya menjaga kualitas komunikasinya. Dengarkan naluri Anda; jika terasa janggal, lebih baik tidak langsung merespons.

2. Periksa Alamat Email Pengirim dengan Teliti

Penipu sering menyamarkan nama pengirim agar terlihat seperti pihak terpercaya. Namun, jika Anda arahkan kursor ke nama pengirim, alamat aslinya bisa saja berbeda. 

Periksa dengan cermat nama domain-nya, karena perubahan satu huruf saja bisa sangat menipu, misalnya “[email protected]” bukannya “[email protected]”. Bila ragu, bandingkan dengan email resmi yang pernah Anda simpan sebelumnya.

3. Jangan Sembarangan Klik Tautan atau Buka Lampiran

Tautan dan lampiran dalam email spoofing sering digunakan untuk menyebarkan malware atau mencuri data. Sebelum mengklik, pastikan email tersebut benar-benar dari sumber terpercaya. Lebih aman jika Anda mengetik langsung alamat situs di peramban. 

Gunakan fitur preview jika tersedia, dan selalu periksa tautan dengan mengarahkan kursor untuk melihat URL-nya tanpa mengklik. Jangan buka lampiran apa pun jika Anda belum yakin siapa pengirimnya.

4. Aktifkan Sistem Autentikasi Email (SPF, DKIM, dan DMARC)

Organisasi sebaiknya menerapkan sistem autentikasi untuk mencegah pemalsuan email. Protokol SMTP yang digunakan secara umum tidak secara otomatis memverifikasi pengirim. Karena itu, Anda perlu mengaktifkan:

  • SPF (Sender Policy Framework) untuk memverifikasi apakah alamat IP pengirim berhak mengirim dari domain tersebut.
  • DKIM (DomainKeys Identified Mail) yang menambahkan tanda tangan digital untuk menjaga keutuhan pesan.
  • DMARC (Domain-based Message Authentication, Reporting, and Conformance) yang memungkinkan domain menentukan langkah yang harus diambil jika verifikasi gagal.

Dengan sistem ini, Anda bisa mengurangi risiko domain organisasi disalahgunakan dan meningkatkan kepercayaan dari mitra bisnis.

5. Gunakan Filter Email, Firewall, dan Antivirus yang Andal

Teknologi keamanan sangat penting dalam melindungi sistem dari serangan email spoofing dan ancaman lain seperti phishing dan malware

Aktifkan spam filter di layanan seperti cPanel atau Plesk Panel, dan gunakan perangkat lunak antivirus terpercaya yang memindai email masuk secara otomatis. Pastikan juga semua sistem keamanan selalu diperbarui agar bisa mengenali ancaman terbaru.

6. Lakukan Edukasi dan Pelatihan Secara Rutin

Manusia sering menjadi titik terlemah dalam keamanan siber. Karena itu, Anda perlu membekali karyawan atau anggota tim dengan pengetahuan dasar tentang bahaya email spoofing

Adakan pelatihan berkala, simulasi serangan phishing, dan sebarkan panduan tertulis yang mudah dipahami. Bagi Anda yang bekerja di bidang IT, edukasi ini sebaiknya menjadi bagian dari rutinitas tim.

7. Perbarui Perangkat Lunak dan Sistem

Selalu perbarui sistem operasi, perangkat lunak antivirus, serta aplikasi email yang Anda gunakan. Pembaruan ini penting untuk menutup celah keamanan yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku serangan.

8. Berhati-hati saat Menggunakan Wi-Fi Publik

Jangan akses email pribadi atau akun penting melalui jaringan Wi-Fi publik. Jaringan ini rentan terhadap serangan man-in-the-middle yang dapat mencuri informasi yang Anda kirim atau terima. Jika terpaksa menggunakannya, aktifkan VPN untuk menambah lapisan keamanan.

Metode Mengidentifikasi Email Spoofing

Mengidentifikasi email spoofing memang tidak selalu mudah. Banyak pelaku menyusun pesan palsu dengan sangat rapi agar terlihat seperti dikirim oleh sumber terpercaya. Namun, Anda bisa mengenali tanda-tandanya dengan beberapa cara berikut ini:

1. Periksa Alamat Email Pengirim

Langkah pertama, perhatikan dengan teliti alamat email pengirim. Banyak email spoofing memakai alamat yang menyerupai milik institusi resmi, namun memiliki perbedaan kecil seperti huruf tertukar, tambahan karakter, atau domain yang tidak sesuai. Bandingkan dengan email resmi yang pernah Anda terima. 

2. Verifikasi Header Email

Setiap email memiliki header yang memuat informasi teknis seperti alamat IP dan domain server pengirim. Anda bisa memeriksa header melalui fitur seperti View Original atau View Message Source di layanan webmail seperti Gmail atau Outlook. 

Jika informasi dalam header tidak cocok dengan alamat pengirim yang terlihat, kemungkinan besar itu adalah email spoofing.

3. Analisis Konten Email

Baca isi email dengan teliti. Ciri khas email spoofing biasanya meliputi kesalahan ejaan, tata bahasa yang buruk, nada mendesak atau mengintimidasi, serta permintaan informasi pribadi atau keuangan. Jika Anda menemukan ancaman atau tekanan untuk segera merespons, waspadalah karena itu bisa jadi penipuan.

4. Arahkan Kursor ke Tautan Sebelum Mengklik

Jangan langsung mengklik tautan dalam email. Arahkan dulu kursor ke atasnya untuk melihat URL sebenarnya. Jika tautan mengarah ke situs yang tidak dikenal, mencurigakan, atau menggunakan domain asing, lebih baik jangan diklik. Anda juga bisa mengetik langsung alamat situs yang dimaksud di peramban agar lebih aman.

5. Waspadai Permintaan Aneh atau Mendesak

Jika isi email meminta tindakan cepat seperti mentransfer uang, memberikan data pribadi, atau merespons dengan segera, Anda perlu berhati-hati. Pelaku spoofing sering menggunakan judul seperti “Akun Anda Diblokir” atau “Segera Transfer Dana!” untuk menekan korban agar bertindak tanpa berpikir panjang.

6. Verifikasi dengan Kontak yang Dikenal

Jika Anda menerima email mencurigakan dari orang yang dikenal, segera hubungi mereka lewat jalur komunikasi lain seperti telepon atau pesan instan untuk memastikan keaslian email tersebut. Jangan hanya mengandalkan alamat pengirim yang terlihat.

7. Gunakan Otentikasi Email

Pastikan layanan email Anda telah mengaktifkan fitur otentikasi seperti SPF (Sender Policy Framework), DKIM (DomainKeys Identified Mail), dan DMARC (Domain-based Message Authentication, Reporting, and Conformance)

Teknologi ini membantu mengidentifikasi dan memblokir email yang dipalsukan. Misalnya, SPF memastikan alamat IP pengirim sah, sementara DKIM dan DMARC menjamin integritas pesan dan tindakan bila otentikasi gagal.

8. Gunakan Perangkat Lunak Anti-Spam dan Anti-Phishing

Aktifkan dan perbarui filter spam serta perlindungan phishing pada klien email Anda. Gunakan juga perangkat lunak antivirus dan anti-malware yang terpercaya untuk memindai email masuk secara real-time. Pembaruan rutin sangat penting agar perlindungan tetap efektif terhadap ancaman terbaru.

9. Percayai Insting Anda

Jika ada yang terasa tidak wajar atau terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, ikuti naluri Anda. Jangan langsung membalas atau mengikuti instruksi dalam email sebelum Anda benar-benar yakin bahwa itu asli. Sikap waspada bisa menyelamatkan Anda dari risiko besar.

Baca Juga : Apa itu DNS Spoofing? Bahaya dan Metode Penyerangannya

Contoh Kasus Email Spoofing

Agar  lebih memahami betapa bahayanya email spoofing, berikut ini beberapa contoh nyata yang sering terjadi. Setiap skenario dirancang untuk memanipulasi emosi dan keputusan secara cepat. Waspadai ciri-ciri berikut agar Anda tidak mudah tertipu.

Contoh Kasus Email Spoofing

1. Pura-Pura Jadi CEO atau Eksekutif Perusahaan

Penjahat siber sering mengirim email yang terlihat seolah-olah berasal dari CEO atau manajer senior sebuah perusahaan. Dalam pesan tersebut, mereka biasanya meminta karyawan untuk segera mentransfer sejumlah uang ke rekening vendor tertentu. 

Karena tampak mendesak dan berasal dari atasan, karyawan pun bisa langsung menuruti perintah tanpa verifikasi lebih lanjut. Serangan semacam ini dikenal dengan nama Business Email Compromise (BEC) dan telah menyebabkan kerugian finansial besar di seluruh dunia.

2. Mengaku Sebagai Perusahaan Ternama

Anda mungkin pernah menerima email dari pihak yang mengaku sebagai perusahaan besar seperti Amazon, Google, atau merek terkenal lainnya. Mereka biasanya mengklaim akun Anda diblokir dan meminta Anda untuk login ulang lewat tautan tertentu. 

Sayangnya, tautan tersebut mengarahkan Anda ke situs palsu yang dirancang khusus untuk mencuri username dan password.

3. Penipuan Berkedok Bank

Dalam kasus ini, penyerang mengirim email yang tampaknya berasal dari bank ternama, memberi tahu bahwa akun  dibekukan karena aktivitas mencurigakan. Anda diminta untuk segera mengonfirmasi identitas melalui tautan yang disediakan. Begitu Anda memasukkan data pribadi, informasi tersebut langsung jatuh ke tangan pelaku.

4. Mengaku dari Instansi Pemerintah atau Pajak

Pelaku juga sering menyamar sebagai pejabat dari instansi pemerintah atau kantor pajak. Mereka mengirim email yang menyatakan bahwa Anda akan dikenai denda atau sanksi hukum jika tidak segera mengisi formulir online. Formulir tersebut biasanya meminta data pribadi seperti NIK, NPWP, hingga informasi rekening bank.

5. Permintaan Reset Password Palsu

Modus ini memanfaatkan popularitas layanan seperti Facebook, Netflix, atau Microsoft. Anda akan menerima email yang meminta Anda untuk mereset password demi alasan keamanan. Namun, tautan yang diberikan justru mengarah ke situs palsu yang siap mencuri informasi akun Anda.

6. Tawaran Pekerjaan Palsu

Pelaku juga memancing korban dengan mengirim tawaran kerja yang terlihat sangat menarik, bahkan dengan gaji tinggi tanpa proses wawancara. Setelah korban menunjukkan ketertarikan, pelaku akan meminta data pribadi atau pembayaran biaya administrasi untuk proses “rekrutmen” yang sebenarnya tidak pernah ada.

Statistik dan Fakta Terkait Email Spoofing

Serangan email spoofing bukan lagi ancaman baru, tetapi makin berkembang dan sulit dideteksi. Di balik tampilannya yang tampak meyakinkan, teknik ini menyimpan potensi risiko besar, baik secara data maupun finansial. Berikut adalah beberapa fakta dan statistik yang menggambarkan betapa seriusnya serangan ini:

1. Frekuensi Serangan yang Meningkat

Pelaku kejahatan siber terus memanfaatkan email spoofing karena teknik ini terbukti efektif. Seiring meningkatnya komunikasi digital, mereka pun mengembangkan cara-cara yang semakin meyakinkan dan sulit dikenali. Setiap tahunnya, volume serangan yang memanfaatkan penyamaran ini terus bertambah.

2. Terkait Langsung dengan Phishing

Serangan spoofing sering kali menjadi bagian dari aksi phishing—tujuannya adalah mencuri data sensitif dengan menyamar sebagai pihak terpercaya. Setiap hari, jutaan email phishing dikirim ke seluruh dunia, dan sebagian besar menggunakan spoofing untuk menyamarkan identitas pengirim.

3. Menargetkan Sektor Tertentu

Pelaku tidak menyerang secara acak. Mereka cenderung menargetkan sektor seperti perbankan, kesehatan, pemerintahan, dan e-commerce. Alasan utamanya karena sektor-sektor ini menyimpan data sensitif dan berisiko menyebabkan kerugian besar jika berhasil ditembus.

4. Kerugian Finansial yang Besar

Penipuan berbasis email spoofing, seperti Business Email Compromise (BEC), telah menyebabkan kerugian miliaran dolar secara global. Dalam skema ini, pelaku mengirim email seolah berasal dari eksekutif perusahaan, lalu menginstruksikan staf keuangan untuk mentransfer dana ke rekening palsu.

5. Teknik Penyamaran yang Canggih

Banyak email spoofing dirancang dengan sangat rapi. Pelaku menggunakan teknik social engineering untuk membangun kepercayaan, meniru gaya bahasa, tanda tangan, hingga logo perusahaan demi menciptakan email palsu yang terlihat sangat meyakinkan.

Waspadai dan Lindungi Diri dari Ancaman Email Spoofing

Email spoofing bukan sekadar gangguan digital, karena teknik ini menjadi pintu masuk bagi berbagai kejahatan siber yang dapat merugikan secara data maupun finansial. Dengan meningkatnya frekuensi serangan, kecanggihan metode penyamaran, serta dampaknya yang langsung terhadap sektor-sektor penting.

Jadi, dengan mengenali ciri-ciri email mencurigakan, memahami tujuannya, dan menerapkan langkah pencegahan yang tepat menjadi kunci utama untuk melindungi diri dan organisasi dari ancaman ini. Jangan tunggu sampai menjadi korban, saatnya tingkatkan literasi digital Anda mulai sekarang.

FAQ (Frequently Asked Question)

Apa yang dimaksud dengan email spoofing dan mengapa ini berbahaya?

Email spoofing adalah teknik pemalsuan alamat pengirim email, di mana pelaku membuat email seolah-olah berasal dari sumber yang sah atau terpercaya. Ini berbahaya karena dapat mengecoh penerima untuk membuka lampiran berbahaya, mengklik tautan phising, atau bahkan memberikan informasi sensitif seperti kata sandi dan data keuangan. Ancaman terbesar dari spoofing terletak pada kemampuannya menciptakan kepercayaan palsu.

Bagaimana pelaku melakukan email spoofing secara teknis?

Pelaku biasanya memanfaatkan kelemahan dalam protokol email seperti SMTP yang tidak memiliki mekanisme otentikasi bawaan. Dengan alat dan teknik tertentu, mereka bisa mengatur “From” atau alamat pengirim agar terlihat seperti berasal dari organisasi terpercaya. Meskipun pengiriman terlihat sah dari luar, metadata atau header email seringkali menunjukkan alamat IP dan jalur pengiriman yang mencurigakan.

Apakah email spoofing sama dengan phishing?

Meskipun keduanya sering digunakan bersamaan, mereka bukanlah hal yang sama. Email spoofing adalah teknik pemalsuan identitas pengirim, sedangkan phishing adalah bentuk serangan sosial yang bertujuan mencuri informasi pribadi. Jadi, spoofing bisa menjadi bagian dari strategi phishing, tapi tidak semua phishing dilakukan melalui spoofing, dan tidak semua spoofing digunakan untuk phishing.

Bagaimana cara membedakan email spoofing dari email asli?

Mendeteksi email spoofing bisa sulit karena tampilannya yang sangat menyerupai email asli. Namun, beberapa tanda umum seperti kesalahan ejaan, permintaan mendesak, lampiran yang tidak dikenal, atau tautan yang mencurigakan bisa menjadi petunjuk. Pemeriksaan detail seperti header email, SPF (Sender Policy Framework), DKIM (DomainKeys Identified Mail), dan DMARC record juga dapat membantu mengidentifikasi pemalsuan.

Apa yang bisa dilakukan pengguna untuk melindungi diri dari email spoofing?

Pengguna bisa mulai dengan berhati-hati terhadap email yang tidak terduga, terutama yang meminta informasi sensitif. Tidak sembarang mengklik tautan atau mengunduh lampiran adalah langkah awal yang baik. Mengaktifkan fitur keamanan tambahan di email client, seperti pemeriksaan SPF dan tampilan sumber email, juga dapat memberikan lapisan perlindungan ekstra.

Bagaimana organisasi bisa mencegah email spoofing yang menggunakan nama domain mereka?

Organisasi perlu mengonfigurasi kebijakan otentikasi email seperti SPF, DKIM, dan DMARC. SPF menentukan server mana yang diizinkan mengirim email atas nama domain tertentu. DKIM menambahkan tanda tangan digital untuk memverifikasi integritas pesan. DMARC memberikan aturan dan laporan yang memperkuat validasi dari SPF dan DKIM, sehingga email palsu yang mencatut domain organisasi bisa diblokir atau ditandai.

Apakah antivirus dan spam filter bisa mencegah email spoofing?

Meskipun antivirus dan spam filter modern cukup canggih dalam mendeteksi email mencurigakan, mereka tidak selalu dapat sepenuhnya mencegah spoofing, terutama jika pelaku sangat mahir menyamarkan identitas. Kombinasi dari teknologi proteksi email yang baik, edukasi keamanan pengguna, dan penerapan kebijakan email yang tepat adalah langkah terbaik dalam mencegah dan mengurangi risiko serangan spoofing.

Apa dampak yang mungkin terjadi jika seseorang tertipu oleh email spoofing?

Dampaknya bisa sangat merugikan, baik secara individu maupun organisasi. Dalam kasus pribadi, pengguna bisa kehilangan akses ke akun penting atau menjadi korban penipuan keuangan. Di lingkungan perusahaan, spoofing bisa menjadi pintu masuk serangan lebih besar seperti ransomware, kebocoran data, atau reputasi yang rusak akibat komunikasi palsu atas nama perusahaan.

Apakah email spoofing bisa dilacak dan dilaporkan?

Ya, dengan menganalisis header email secara mendalam, sering kali dimungkinkan untuk melacak jalur teknis dari mana email spoofing dikirim. Meskipun pelaku sering menggunakan server anonim atau jaringan bot, laporan kepada penyedia layanan email, CERT (Computer Emergency Response Team), atau otoritas keamanan siber tetap penting untuk membantu mengidentifikasi dan memblokir aktivitas serupa di masa mendatang.

Mengapa email spoofing masih sering terjadi meski teknologinya sudah berkembang?

Alasan utamanya adalah karena banyak sistem email yang belum menerapkan protokol otentikasi secara penuh atau benar. Selain itu, keberhasilan spoofing sering kali bukan karena kecanggihan teknologi, melainkan karena kelengahan manusia. Faktor psikologis seperti rasa panik, rasa percaya terhadap brand besar, atau kurangnya literasi keamanan digital masih menjadi celah yang dimanfaatkan oleh pelaku.

Baca Juga : Apa itu IP Spoofing? Bahaya dan Cara Mencegahnya

Isi form berikut! Tim kami segera menghubungi Anda.

Butuh Bantuan ?