3 Metode Pentest​ yang Bermanfaat untuk Keamanan Bisnis

3 Metode Pentest​ yang Bermanfaat untuk Keamanan Bisnis

Daftar Isi

Keamanan digital kini sangat penting bagi kelangsungan bisnis modern. Melalui metode pentest yang tepat, Anda dapat menguji seberapa kuat sistem pertahanan siber yang dimiliki sebelum diretas pihak lain. 

Banyak perusahaan kini mulai menyadari bahwa langkah pencegahan jauh lebih murah daripada pemulihan pasca serangan. Artikel ini akan membahas 3 metode efektif membantu bisnis mendeteksi celah keamanan, memperkuat jaringan, dan melindungi data sensitif. 

Penerapan Pentest dalam Bisnis

Ancaman siber bisa muncul kapan saja dan menargetkan siapa saja. Oleh karena itu, penerapan penetration testing adalah langkah strategis yang wajib dilakukan oleh bisnis modern. Melalui pentest, perusahaan dapat mengevaluasi keamanan sistem dan jaringan komputer secara menyeluruh, sekaligus memastikan bahwa setiap celah kerentanan.

1. Tujuan dan Kepentingan Pentest bagi Perusahaan

Penerapan pentest adalah investasi penting untuk menjaga keberlanjutan bisnis. Terutama bagi perusahaan yang menyimpan data sensitif, seperti lembaga keuangan atau bank, pengujian ini menjadi benteng utama dari ancaman peretasan.

Melalui pentest, perusahaan dapat:

  • Mengeksploitasi sistem secara etis untuk menemukan celah keamanan yang berpotensi menjadi pintu masuk peretas, sehingga tim keamanan bisa segera melakukan perbaikan.
  • Mengidentifikasi lubang keamanan (security holes) yang bisa dimanfaatkan pihak tak bertanggung jawab, agar tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.
  • Melakukan simulasi serangan guna memberikan feedback bagi pengelola sistem agar mereka dapat meningkatkan tingkat keamanan secara berkelanjutan.
  • Memperkuat perlindungan data, karena hasil dari pengujian membantu memastikan bahwa informasi penting dalam aplikasi dan situs web perusahaan tetap aman dari kebocoran atau penyalahgunaan.

2. Manfaat Pentest bagi Bisnis

Melakukan pentest secara rutin memberikan berbagai manfaat nyata yang berdampak langsung pada keberlangsungan dan reputasi perusahaan.

  • Melindungi dari kerugian finansial (protection from financial damage), karena potensi kebocoran data atau serangan siber bisa dicegah sebelum menimbulkan kerugian besar.
  • Menjaga kepercayaan pelanggan (customer protection), dengan memastikan data pribadi mereka tetap aman sehingga konsumen merasa nyaman menggunakan layanan bisnis Anda.
  • Meningkatkan sistem manajemen (enhancement of the management system), karena hasil pengujian menjadi dasar pembaruan sistem keamanan dan kebijakan internal perusahaan.
  • Mengenali dan menanggapi serangan siber, di mana pentest membantu tim keamanan memahami pola serangan dan memperkuat respons terhadap potensi ancaman berikutnya.
  • Mencegah runtuhnya reputasi bisnis, sebab kegagalan menjaga keamanan data dapat menurunkan kepercayaan publik secara signifikan.

Baca Juga : Red Team vs Blue Team​: Lebih Baik Mana?

3 Metode Pentest (Penetration Testing)

Di bawah ini akan menjelaskan tiga pendekatan Penetration Testing yang umum digunakan oleh profesional keamanan. Setiap metode berbeda dalam akses informasi, cakupan, dan tujuan pengujiannya.

3 Metode Pentest (Penetration Testing)

1. Metode Pentest Black Box

Metode Black Box merupakan salah satu pendekatan utama dalam pengujian kerentanan keamanan perangkat lunak (penetration testing atau pentest). Metode ini membedakan diri melalui tingkat pengetahuan pentester terhadap sistem yang diuji. 

Dalam praktiknya, pentester benar-benar tidak memiliki informasi awal tentang sistem, sehingga pengujian dilakukan dari perspektif luar layaknya seorang hacker. Pada metode ini, tester tidak mendapatkan informasi apa pun mengenai sistem yang akan diuji. 

Kondisi ini disebut sebagai zero knowledge karena penguji tidak diberi akses terhadap infrastruktur maupun source code yang digunakan. Satu-satunya informasi yang diberikan hanyalah target pengujian, misalnya www.xx.com.

Metode Black Box menempatkan pentester sebagai pihak luar yang berusaha masuk ke dalam sistem tanpa izin. Dalam tahap ini, pentester harus:

  • Mengeksploitasi sistem untuk menemukan celah keamanan atau titik lemah yang dapat dimanfaatkan oleh peretas.
  • Mengumpulkan seluruh data yang dibutuhkan tentang software dari nol.
  • Melakukan analisis terhadap data yang terkumpul dan merancang strategi serangan (attack plan) yang sesuai.

Karena penguji memulai dari titik tanpa informasi, proses pengujian Black Box cenderung memakan waktu lebih lama. Durasi ini sangat bergantung pada kemampuan pentester dalam mengidentifikasi serta mengeksploitasi celah keamanan. 

Jika kemampuan penguji terbatas, maka kemungkinan besar kerentanan sistem akan sulit ditemukan. Oleh karena itu, beberapa profesional menilai metode Grey Box sebagai alternatif yang lebih efisien dibanding Black Box. Seorang pentester yang menerapkan metode ini perlu menguasai:

  • Penggunaan alat pemindaian otomatis dan teknik pentest manual.
  • Kemampuan untuk membuat peta sistem (system map) berdasarkan hasil observasi selama proses pengujian.

2. Metode Pentest White Box

Metode White Box merupakan salah satu pendekatan dalam pengujian kerentanan keamanan perangkat lunak atau penetration testing. Ciri khas dari metode ini terletak pada tingkat pengetahuan yang dimiliki pentester terhadap sistem yang diuji. 

Dalam metode ini, penguji mendapatkan akses penuh terhadap seluruh informasi sistem sehingga dapat melakukan analisis secara mendalam. Pentester memperoleh semua data yang berkaitan dengan software yang akan diuji.

  • Penguji memiliki full knowledge atau pengetahuan penuh tentang sistem.
  • Semua informasi penting telah diberikan kepada pentester sejak awal, termasuk struktur kode, topologi jaringan, dan alur logic sistem.
  • Dengan akses penuh tersebut, penguji dapat menelusuri setiap bagian sistem dan membaca source code untuk menemukan celah keamanan tersembunyi.

Dalam penerapannya, pentester berperan layaknya seorang developer yang memahami seluruh komponen sistem.

  • Tujuan utama metode ini adalah mendeteksi setiap potensi kerentanan sekecil apa pun di dalam sistem.
  • Karena memiliki akses penuh, penguji bisa memeriksa keamanan secara menyeluruh, bahkan hingga pada bagian yang tidak bisa dijangkau dengan metode Black Box atau Grey Box.

 Metode ini menuntut ketelitian dan pemahaman dari pentester.

  • Penguji harus mempelajari seluruh informasi yang diberikan, menganalisis setiap detail, dan menentukan titik lemah sistem.
  • Setelah titik rawan teridentifikasi, penetration testing dilakukan secara terarah untuk menguji sejauh mana risiko yang bisa muncul.
  • Karena kompleksitas dan banyaknya informasi yang harus dipelajari, pengujian White Box biasanya memakan waktu paling lama dibandingkan dua metode lainnya.

3. Metode Pentest Grey Box

Metode Grey Box merupakan pendekatan penetration testing yang menggabungkan keunggulan dari metode Black Box dan White Box. Dalam metode ini, penguji atau pentester bekerja dengan sebagian informasi tentang sistem yang akan diuji. Pendekatan ini memberikan keseimbangan antara efisiensi pengujian dan kedalaman analisis terhadap celah keamanan.

Metode ini berangkat dari prinsip bahwa penguji memiliki some knowledge atau sebagian informasi tentang sistem. Artinya, pentester mendapatkan akses terbatas yang cukup untuk memahami struktur sistem tanpa melihat keseluruhan komponennya. 

Biasanya, informasi yang diberikan mencakup sekitar 30–50% dari total data sistem, seperti detail backend, framework, hingga fitur utama. Dengan bekal tersebut, penguji dapat menyusun strategi serangan yang lebih terarah.

Dalam metode Grey Box, penguji berperan sebagai pengguna (user) dengan akses yang dibatasi. Mereka melakukan pengujian dari sudut pandang pengguna yang memiliki sedikit pengetahuan teknis, sehingga simulasi serangan terasa lebih realistis terhadap kondisi dunia nyata.

Tujuan utama metode ini adalah menciptakan pengujian keamanan yang lebih efisien dibandingkan Black Box. Dengan sebagian informasi yang dimiliki, tester dapat:

  • Mengarahkan pengujian pada area yang berpotensi menjadi titik lemah sistem.
  • Mensimulasikan serangan siber dengan cara yang lebih fokus dan terukur.
  • Mengidentifikasi kerentanan dengan tingkat risiko yang lebih tinggi.

Hasilnya, proses pengujian dapat dilakukan lebih cepat karena pentester sudah memiliki gambaran awal tentang titik-titik yang rentan. Namun, meskipun efisien, metode Grey Box masih memiliki keterbatasan yakni belum mampu menganalisis seluruh aspek sistem secara menyeluruh sebagaimana metode White Box.

Memilih Metode Pentest yang Tepat untuk Perlindungan Bisnis

Tiga metode pentest (Black Box, White Box, dan Grey Box) masing-masing memiliki karakteristik dan manfaat yang berbeda dalam menjaga keamanan digital bisnis. Metode Black efektif untuk mengidentifikasi serangan dari pihak luar, White unggul dalam pemeriksaan menyeluruh terhadap kode, sementara Grey Box menawarkan keseimbangan antara keduanya.

Dalam praktiknya, pemilihan metode terbaik tergantung pada kebutuhan dan tingkat risiko yang dihadapi perusahaan. Namun satu hal pasti, menerapkan penetration testing secara berkala adalah langkah penting untuk mencegah kerugian akibat serangan siber, melindungi data sensitif, serta menjaga kepercayaan pelanggan.

Baca Juga : 8 Tahapan Pentest​ yang Perlu Anda Ketahui Agar Aman

Isi form berikut! Tim kami segera menghubungi Anda.