Setiap tahun, ancaman keamanan siber atau cyber threat semakin berkembang dengan pesat dan menjadi salah satu isu utama dalam dunia digital. Tidak hanya perusahaan besar dan instansi pemerintah yang menjadi target, tetapi juga individu-individu yang seringkali dianggap memiliki perlindungan yang lebih lemah.
Dengan semakin kompleksnya teknologi informasi, para pelaku kejahatan siber juga semakin canggih dalam mengeksploitasi celah-celah pada sistem keamanan. Hal ini menjadikan pemahaman dan kesadaran tentang cyber threat bukan hanya sebagai sebuah kebutuhan, tetapi sebagai kewajiban bagi siapa pun yang terlibat dalam ekosistem digital.
Apa itu Cyber Threat?
Cyber threat adalah segala bentuk ancaman atau serangan yang ditujukan terhadap sistem keamanan siber oleh individu atau kelompok yang tidak bertanggung jawab melalui jaringan internet atau komputer. Ancaman ini dapat mencakup berbagai macam bentuk serangan, termasuk peretasan sistem, pencurian data sensitif, pemalsuan identitas, dan bahkan penghapusan atau enkripsi data yang berharga.
Seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin maju, jenis-jenis serangan ini pun menjadi semakin kompleks dan canggih. Pelaku serangan siber terus mengembangkan metode baru untuk menembus sistem keamanan, menjadikan setiap pengguna teknologi, baik di sektor bisnis, pemerintahan, maupun individu, rentan terhadap serangan ini.
Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, ancaman cyber threat tidak lagi hanya menjadi masalah teknis, tetapi juga masalah strategis yang mempengaruhi berbagai sektor krusial. Sektor-sektor seperti keamanan nasional, keuangan, kesehatan, dan infrastruktur kritis lainnya menjadi sasaran empuk bagi para penyerang.
Jenis-jenis Cyber Threat
Memahami berbagai jenis ancaman ini adalah langkah awal yang penting untuk melindungi diri dan sistem Anda dari serangan berbahaya. Berikut adalah beberapa jenis ancaman siber yang harus Anda waspadai:
1. Attack Surface
Attack surface merujuk pada semua titik dalam sebuah sistem atau aplikasi yang dapat dimanfaatkan oleh penjahat siber untuk mencoba mengakses data atau merusak sistem secara ilegal. Mencakup semua aspek mulai dari perangkat keras, perangkat lunak, hingga jaringan yang terhubung ke sistem tersebut. Semakin besar attack surface suatu sistem, semakin banyak peluang bagi penjahat siber untuk menemukan dan mengeksploitasi kelemahan keamanan.
2. Social Engineering
Social engineering adalah teknik manipulasi psikologis yang digunakan oleh penjahat siber untuk memanipulasi individu agar mengungkapkan informasi rahasia atau melakukan tindakan berbahaya. Teknik ini sering kali mengeksploitasi kepercayaan atau rasa takut korban, sehingga mereka dengan sukarela memberikan informasi sensitif seperti kata sandi, nomor identitas, atau informasi keuangan. Metode social engineering dapat berupa panggilan telepon palsu, email yang tampaknya sah, atau bahkan interaksi langsung.
3. Phishing
Phishing adalah salah satu bentuk ancaman siber yang paling umum, di mana penjahat siber menyamar sebagai entitas yang tepercaya untuk mencuri informasi sensitif, seperti kata sandi, nomor kartu kredit, atau data pribadi lainnya.
Phishing sering dilakukan melalui email palsu, pesan teks, atau situs web yang dirancang untuk meniru entitas resmi seperti bank atau layanan online terkenal. Dalam serangan phishing, korban sering kali diarahkan untuk mengklik tautan yang mengarah ke situs web palsu, di mana mereka diminta untuk memasukkan informasi pribadi mereka.
4. Data Leakage
Data Leakage terjadi ketika data rahasia, baik itu milik individu atau perusahaan, bocor ke pihak yang tidak berwenang tanpa izin yang sah. Kebocoran data ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kelalaian manusia hingga serangan siber yang terencana.
Akibat dari kebocoran data bisa sangat merugikan, tidak hanya secara finansial tetapi juga secara reputasi. Penyalahgunaan data oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dapat menyebabkan pelanggaran privasi, pencurian identitas, serta berbagai jenis penipuan.
5. Defacement
Defacement adalah jenis serangan siber di mana penjahat dunia maya merusak situs web secara ilegal, biasanya dengan mengubah konten yang ditampilkan. Serangan ini sering kali dilakukan dengan tujuan mempermalukan atau merusak reputasi perusahaan atau organisasi yang menjadi target. Para pelaku defacement dapat mengganti halaman utama situs web dengan pesan politik, propaganda, atau gambar yang tidak pantas, yang tentunya dapat merusak citra publik perusahaan.
6. Ransomware
Ransomware adalah jenis malware yang bekerja dengan mengenkripsi file pada sistem komputer korban dan kemudian menuntut pembayaran tebusan untuk mengembalikan akses ke file-file tersebut. Serangan ransomware biasanya dimulai dengan email phishing, di mana korban tanpa disadari mengunduh file berbahaya atau mengklik tautan yang menginfeksi sistem mereka.
Begitu terinfeksi, ransomware akan menyandera data korban, mengunci file-file penting, dan memberikan ultimatum kepada korban untuk membayar sejumlah uang dalam mata uang kripto agar file mereka dibuka kembali.
Cara Mengatasi Cyber Threat dalam Bisnis
Penting bagi setiap bisnis untuk mengambil langkah-langkah proaktif dalam menghadapi ancaman ini. Berikut ini terdapat beberapa langkah yang bisa Anda ambil untuk melindungi bisnis dari risiko cyber attack.
1. Menerapkan Pertahanan Berlapis
Pertahanan berlapis adalah salah satu pendekatan paling efektif dalam melindungi jaringan bisnis dari serangan siber. Dengan menerapkan beberapa lapisan keamanan seperti firewall, Anda dapat menciptakan penghalang yang kuat terhadap ancaman yang masuk.
Firewall bekerja dengan memantau dan mengatur lalu lintas data yang masuk dan keluar dari jaringan, serta memutuskan mana yang aman untuk diizinkan dan mana yang harus diblokir. Selain firewall, menggunakan Intrusion Detection Systems (IDS) dan Intrusion Prevention Systems (IPS) dapat menambah lapisan perlindungan tambahan yang secara proaktif mendeteksi dan mencegah ancaman sebelum merusak sistem.
2. Menggunakan Antivirus
Penggunaan perangkat lunak antivirus merupakan langkah fundamental dalam perlindungan sistem dari malware dan program berbahaya lainnya. Antivirus bekerja dengan cara memindai file dan aktivitas jaringan untuk mendeteksi dan menghapus virus, spyware, ransomware, dan ancaman lainnya sebelum mereka dapat merusak sistem.
Saat ini, banyak antivirus yang dilengkapi fitur-fitur canggih, seperti behavioral monitoring dan machine learning, yang memungkinkan deteksi ancaman baru yang belum dikenali oleh database tradisional. Namun, mengandalkan antivirus saja tidak cukup. Untuk perlindungan lebih komprehensif, bisnis juga perlu melengkapi antivirus dengan perangkat lunak keamanan lainnya, seperti anti-spyware dan anti-ransomware.
3. Mengadopsi Pendekatan Zero Trust
Pendekatan Zero Trust merupakan paradigma baru dalam keamanan siber yang tidak lagi mengandalkan kepercayaan penuh pada pengguna atau perangkat yang terhubung ke jaringan. Dalam pendekatan ini, setiap akses ke sistem atau data harus melalui proses verifikasi ketat, tanpa pengecualian. Zero Trust berfokus pada verifikasi identitas pengguna, otorisasi akses, serta memastikan bahwa setiap perangkat yang terhubung aman dan terpercaya sebelum diberikan izin untuk mengakses data sensitif.
4. Melakukan Program Threat Hunting
Threat hunting merupakan strategi proaktif yang digunakan untuk mendeteksi dan mencegah ancaman siber yang mungkin tidak terdeteksi oleh sistem keamanan tradisional. Program ini melibatkan tim keamanan untuk secara aktif mencari tanda-tanda aktivitas mencurigakan atau anomali dalam jaringan yang bisa menjadi indikasi serangan siber. Melalui threat hunting, perusahaan tidak hanya mengandalkan sistem otomatis, tetapi juga kecerdasan manusia yang dapat mengenali pola-pola yang mungkin terlewatkan oleh algoritma.
Antisipasi Ancaman Security dengan Cyber Threat Intelligence
Untuk mengatasi ini, perusahaan perlu mengambil langkah proaktif dan canggih dalam melindungi sistem dan infrastruktur mereka. Berikut adalah beberapa kapabilitas utama yang ditawarkan oleh cyber threat intelligence dari Aplikas untuk melindungi bisnis Anda.
1. Strategic Threat Intelligence
Strategic Threat Intelligence berfokus pada identifikasi kecenderungan signifikan dalam lanskap ancaman siber, yang memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan perspektif yang lebih luas tentang potensi risiko yang dihadapi.
Melalui analisis data ancaman secara terus-menerus, perusahaan dapat menyusun laporan intelijen strategis yang menjadi dasar dalam perumusan kebijakan keamanan jangka panjang. Laporan ini tidak hanya memberikan wawasan tentang ancaman yang ada, tetapi juga membantu dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan strategi keamanan perusahaan secara keseluruhan.
2. Threat Actor Profiling
Profiling pelaku ancaman merupakan komponen kunci dalam strategi keamanan siber yang efektif. Threat Actor Profiling memberikan wawasan mendalam tentang individu atau kelompok yang berpotensi mengancam keamanan perusahaan.
Informasi ini mencakup lokasi operasi, target yang disasar, alat yang digunakan, serta pola operasi yang umum dilakukan oleh pelaku ancaman tersebut. Dengan pemahaman yang lebih jelas mengenai siapa yang berpotensi menyerang, perusahaan dapat menyesuaikan strategi pertahanan mereka secara lebih efektif.
3. Comprehensive Threat Landscape Reports
Untuk memahami ancaman siber secara lebih mendalam, perusahaan memerlukan laporan yang memberikan gambaran komprehensif tentang lanskap ancaman yang ada. Comprehensive Threat Landscape Reports yang disediakan oleh Aplikas Servis Pesona berfokus pada segmen-segmen spesifik yang relevan dengan industri perusahaan.
Laporan ini memberikan gambaran umum tentang situasi ancaman siber saat ini, serta bagaimana ancaman tersebut dapat mempengaruhi industri terkait. Memiliki informasi yang tepat dan relevan, perusahaan dapat mengidentifikasi ancaman yang paling mendesak dan memprediksi potensi serangan di masa mendatang.
Contoh Cyber Threat yang Harus Diwaspadai
Setiap pengguna internet, baik individu maupun perusahaan, harus waspada terhadap berbagai jenis ancaman ini. Berikut adalah beberapa contoh threats yang perlu diwaspadai selama berselancar di dunia maya.
1. Malware
Malware adalah salah satu ancaman siber yang paling umum dan berbahaya. Istilah ini merujuk pada berbagai jenis perangkat lunak atau file yang dibuat untuk mengganggu, merusak, atau mendapatkan akses ke sistem komputer atau jaringan tanpa persetujuan pengguna.
Malware dapat menyebar dengan cepat melalui lampiran email yang terinfeksi, link berbahaya, atau bahkan situs web yang tidak aman. Setelah diaktifkan, malware dapat melakukan berbagai tindakan merugikan seperti mencuri data, merusak file, atau bahkan mengendalikan komputer dari jarak jauh.
Contoh-contoh malware yang sering ditemui termasuk:
- Trojan
- Virus dan worms
- Ransomware
- Botnet software
- Spyware
- Remote-access Trojan
Mengingat betapa berbahayanya malware, sangat penting untuk selalu berhati-hati dalam membuka email atau mengklik tautan yang mencurigakan.
2. Backdoor
Backdoor adalah jenis ancaman siber yang memungkinkan penyerang untuk mengakses sistem komputer atau jaringan tanpa sepengetahuan pengguna atau administrator. Ini biasanya dilakukan dengan memasang perangkat lunak yang membuka pintu belakang di sistem, memungkinkan penyerang untuk masuk kapan saja tanpa terdeteksi.
Backdoor sangat berbahaya karena memberikan akses tanpa batas kepada penyerang, yang kemudian dapat digunakan untuk menginstal malware, mencuri data sensitif, atau bahkan memata-matai aktivitas pengguna di jaringan tersebut.
3. Serangan pada Domain Name System (DNS)
DNS adalah sistem yang bertugas mengarahkan lalu lintas internet ke situs web yang tepat dengan mengonversi nama domain menjadi IP address. Ketika DNS diserang, peretas dapat mengalihkan lalu lintas web yang sah ke situs web berbahaya tanpa sepengetahuan pengguna.
Serangan DNS bisa menyebabkan pencurian data, pemasangan malware pada perangkat pengguna, atau bahkan tindakan penipuan identitas. Serangan DNS bisa terjadi melalui berbagai metode, seperti poisoning cache DNS, di mana entri DNS yang sah diubah untuk mengarahkan pengguna ke situs yang berbahaya.
4. Serangan pada DDoS
Distributed Denial-of-Service (DDoS) adalah jenis serangan siber di mana sistem, jaringan, atau layanan tertentu dibanjiri dengan lalu lintas internet yang berlebihan. Tujuan dari serangan DDoS adalah menghabiskan sumber daya yang tersedia (seperti bandwidth), sehingga layanan menjadi tidak responsif atau bahkan crash. DDoS adalah ancaman serius bagi bisnis, terutama bagi mereka yang mengandalkan keberadaan online yang stabil, seperti e-commerce atau layanan berbasis web.
5. Formjacking
Formjacking adalah salah satu jenis ancaman siber yang semakin meningkat, di mana peretas menyisipkan kode JavaScript berbahaya ke dalam formulir pembayaran online. Kode ini bertujuan mencuri informasi pribadi dan finansial pengguna, seperti nomor kartu kredit, saat mereka memasukkan data ke dalam formulir tersebut. Serangan formjacking dapat berdampak besar, baik bagi konsumen yang datanya dicuri, maupun bagi bisnis yang kehilangan kepercayaan pelanggan akibat pelanggaran data.
Waspadaan Terhadap Cyber Threat Penting untuk Kelangsungan Bisnis
Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, cyber threat telah menjadi salah satu risiko terbesar bagi bisnis. Tidak cukup hanya mengandalkan sistem keamanan yang ada, perusahaan perlu mengambil langkah-langkah proaktif untuk mendeteksi dan mencegah serangan sebelum terjadi. Melalui pendekatan seperti threat hunting dan strategi keamanan yang menyeluruh, bisnis dapat melindungi aset berharga mereka dari serangan yang semakin canggih.
Namun, kewaspadaan tetap menjadi kunci utama. Cyber threat terus berkembang, dan tanpa upaya waspada yang berkelanjutan, bisnis berisiko menjadi korban serangan berikutnya. Dengan selalu memperbarui strategi keamanan dan berinvestasi dalam teknologi yang tepat, perusahaan dapat mengurangi risiko dan memastikan bahwa mereka siap menghadapi tantangan yang ada di dunia digital saat ini.