Cyber terrorism atau terorisme siber, telah muncul sebagai salah satu bentuk ancaman terbesar yang dihadapi oleh masyarakat global saat ini. Dengan memanfaatkan teknologi informasi dan internet, pelaku dapat melancarkan serangan yang bertujuan menciptakan kerusakan, ketakutan, dan ketidakstabilan. Serangan ini bisa mengincar individu, perusahaan, hingga infrastruktur kritis sebuah negara, dan dampaknya bisa sangat merusak, baik secara ekonomi maupun sosial.
Bahaya dari cyber terrorism tidak boleh dianggap remeh. Serangan-serangan ini tidak hanya dapat mencuri data sensitif, tetapi juga berpotensi mengganggu layanan penting seperti listrik, air, dan komunikasi. Dalam skenario terburuk, serangan siber bahkan bisa melumpuhkan suatu negara. Penting bagi kita memahami apa itu cyber terrorism dan bagaimana cara melindungi diri dari ancaman yang terus berkembang ini.
Apa itu Cyber Terrorism?
Cyber Terrorism adalah serangan yang dilakukan oleh kelompok teroris terhadap sistem komputer dengan tujuan menciptakan ketegangan, kepanikan, atau gangguan fisik pada sistem informasi. Walaupun cyber attack sudah sering kita dengar, Cyber Terrorism menghadirkan jenis ancaman yang berbeda. Para peretas komputer sering kali berusaha memperoleh informasi rahasia untuk keuntungan finansial, dan teroris pun dapat memanfaatkan metode yang sama.
Internet menjadi alat penting bagi teroris untuk membiayai aktivitas mereka, melatih anggota, dan merencanakan serangan. Konsep umumnya melibatkan peretasan terhadap server pemerintah atau perusahaan untuk mengakses informasi sensitif atau bahkan mengalihkan dana untuk kegiatan teror. Namun, hingga saat ini belum ada definisi yang diterima secara universal.
Seberapa Besar Ancaman Cyber Terrorism?
Ancaman Cyber Terrorism sering kali dianggap kurang menonjol karena tidak melibatkan kekerasan fisik langsung terhadap individu. Namun, bahaya yang ditimbulkan sangat nyata dan dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan kita. Serangan siber dapat merusak infrastruktur kritis, seperti sistem energi, layanan kesehatan, dan jaringan transportasi, yang dapat menyebabkan gangguan luas dan dampak jangka panjang.
Ketika teroris menggunakan teknik siber untuk mencuri data sensitif atau merusak sistem penting, konsekuensinya bisa sangat merugikan, termasuk kerugian finansial yang signifikan dan ancaman terhadap keselamatan publik.
Metode yang Digunakan untuk Cyber Terrorism
Kelompok teroris siber memiliki tujuan untuk menciptakan kekacauan massal, mengganggu infrastruktur penting, mendukung aktivisme politik atau hacktivisme, serta menyebabkan kerusakan fisik atau bahkan mengancam nyawa. Berbagai metode yang mereka gunakan untuk mencapai tujuan ini antara lain:
- Serangan Ancaman Persisten Tingkat Lanjut (APT): Metode ini melibatkan penetrasi canggih dan terkoordinasi untuk mendapatkan akses ke jaringan. Setelah masuk, penyerang tetap tidak terdeteksi selama periode waktu tertentu dengan tujuan mencuri data. Organisasi dengan informasi berharga, seperti di sektor pertahanan, manufaktur, perawatan kesehatan, dan keuangan, sering menjadi target serangan APT.
- Virus Komputer, Worm, dan Malware: Jenis perangkat lunak berbahaya ini menargetkan sistem kontrol TI dan digunakan untuk menyerang utilitas, sistem transportasi, jaringan listrik, infrastruktur kritis, departemen pemerintah, dan sistem militer.
- Serangan Penolakan Layanan (DoS): Serangan ini bertujuan untuk mencegah pengguna yang sah mengakses sistem komputer, perangkat, atau situs web yang menjadi sasaran. Biasanya, serangan DoS menargetkan infrastruktur penting dan lembaga pemerintah.
- Peretasan: Tujuan peretasan adalah untuk memperoleh akses tidak sah guna mencuri data penting, sering kali dari lembaga pemerintah dan bisnis.
- Ransomware: Malware jenis ini mengunci data atau sistem informasi dengan cara mengenkripsi data tersebut, dan hanya akan melepaskannya setelah korban membayar sejumlah uang sebagai tebusan.
- Serangan Phishing: Metode ini mencoba mengumpulkan informasi melalui email yang dikirimkan kepada target. Informasi yang diperoleh digunakan untuk mengakses sistem atau mencuri identitas korban.
Contoh Cyber Terrorism
Berikut ini beberapa contoh Cyber Terrorism meliputi:
- Gangguan pada Situs Web Utama: Tindakan ini bertujuan menghentikan lalu lintas di situs web yang memiliki banyak pengunjung. Gangguan seperti ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang luas di kalangan masyarakat.
- Akses Tidak Sah: Penyerang berusaha mendapatkan akses ke sistem tertentu atau memodifikasi komunikasi yang mengendalikan sistem militer atau teknologi penting lainnya.
- Gangguan pada Sistem Infrastruktur Kritis: Pelaku ancaman mencoba melumpuhkan atau mengganggu kota dengan tujuan menciptakan krisis kesehatan masyarakat, membahayakan keselamatan publik, atau menimbulkan kepanikan massal dan kematian. Contohnya, dengan menargetkan pabrik pengolahan air, menyebabkan pemadaman listrik di suatu wilayah, atau mengganggu jaringan pipa minyak dan gas.
- Spionase Dunia Maya: Beberapa negara atau pemerintahan yang tidak bertanggung jawab melakukan atau mensponsori serangan spionase siber. Serangan ini bertujuan untuk memata-matai negara lawan dan mengumpulkan informasi intelijen yang sensitif, seperti lokasi pasukan atau strategi militer.
Strategi untuk Mempertahankan Diri dari Cyber Terrorism
Di masa lalu, Cyber Terrorism lebih sering menyasar lembaga pemerintah, tetapi kini bisnis dan organisasi lainnya juga menjadi target. Mereka perlu menerapkan langkah-langkah keamanan siber dan meningkatkan kewaspadaan untuk melawan ancaman ini. Langkah pertama adalah memastikan semua perangkat Internet of Things (IoT) terlindungi dan tidak mudah diakses melalui jaringan publik.
Untuk mencegah serangan ransomware dan serangan sejenisnya, organisasi perlu melakukan pencadangan sistem secara rutin dan menerapkan pemantauan yang berkelanjutan. Selain itu, penggunaan firewall, perangkat lunak antivirus, dan antimalware sangat penting untuk melindungi sistem dari berbagai potensi serangan.
Perusahaan juga perlu menerapkan kebijakan dan kontrol keamanan IT yang ketat untuk menjaga keamanan data bisnis, termasuk membatasi akses ke informasi sensitif serta memberlakukan prosedur kata sandi dan autentikasi yang kuat, seperti autentikasi dua faktor atau multifaktor.
Cara Mengetahui Apakah Anda Telah Diretas
Ada beberapa tanda yang bisa menunjukkan bahwa akun online Anda, seperti email atau media sosial, telah diakses oleh orang lain tanpa izin. Ada beberapa hal untuk mengetahui apakah anda diretas atau tidak, diantaranya:
- Tidak dapat masuk ke akun Anda, yang merupakan tanda jelas bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
- Terdapat aktivitas login atau percobaan login dari lokasi yang tidak biasa atau pada waktu yang aneh.
- Terjadi perubahan pada pengaturan keamanan atau pengiriman pesan dari akun Anda yang tidak Anda lakukan sendiri.
Apa yang Harus Dilakukan Jika Anda Telah Diretas?
Apabila salah satu akun Anda telah diretas, penting untuk tetap tenang dan segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mendapatkan kembali kendali atas akun tersebut serta melindungi diri dari serangan yang mungkin terjadi di masa depan. Berikut ini panduan lengkap yang dapat Anda ikuti jika telah diretas:
1. Perbarui Perangkat Anda
Pastikan sistem operasi dan aplikasi di semua perangkat yang Anda gunakan sudah diperbarui. Pembaruan ini sering kali mencakup perbaikan keamanan terbaru yang dapat membantu melindungi perangkat Anda dari serangan lebih lanjut.
Setelah memperbarui, jalankan pemindaian menggunakan perangkat lunak antivirus terkini. Walaupun pemindaian ini lebih umum dilakukan di komputer, tidak ada salahnya untuk memeriksa ponsel atau tablet Anda jika ada aplikasi antivirus yang tersedia.
2. Hubungi Penyedia Layanan
Jika Anda tidak dapat mengakses akun yang diretas, segera kunjungi situs web penyedia layanan tersebut. Biasanya, mereka menyediakan halaman bantuan atau dukungan yang khusus menangani masalah pemulihan akun.
Carilah panduan langkah demi langkah yang ditawarkan oleh layanan tersebut untuk membantu Anda mendapatkan kembali akses. Jika kesulitan menemukan informasi yang dibutuhkan, gunakan mesin pencari seperti Google dengan kata kunci seperti “Akun Facebook diretas,” dan ikuti tautan yang relevan dari layanan resmi tersebut.
3. Periksa Akun Email yang Diretas
Jika email Anda yang diretas, setelah Anda berhasil mengaksesnya kembali, pastikan untuk memeriksa filter email dan aturan penerusan yang mungkin telah ditambahkan oleh peretas. Trik umum yang digunakan oleh peretas adalah membuat aturan penerusan yang secara otomatis mengirimkan salinan setiap email yang Anda terima kepada mereka. Anda bisa menemukan informasi tentang cara memeriksa dan menghapus aturan ini di halaman bantuan penyedia email Anda.
4. Ganti Kata Sandi
Setelah memastikan bahwa tidak ada aturan penerusan email yang mencurigakan, segera ganti kata sandi akun Anda. Prioritaskan akun-akun yang menggunakan kata sandi yang sama dengan akun yang diretas. Selain itu, perbarui kata sandi untuk semua akun yang mungkin mengirim pengingat atau pengaturan ulang kata sandi ke akun email yang diretas tersebut.
5. Aktifkan Autentikasi Dua Faktor (2FA)
Untuk memberikan lapisan keamanan tambahan, aktifkan fitur autentikasi dua faktor (2FA) pada akun Anda. Fitur ini membuat akun Anda lebih sulit diakses oleh peretas karena mereka memerlukan informasi tambahan selain kata sandi untuk masuk. Anda dapat mencari panduan tentang cara mengaktifkan 2FA di layanan yang Anda gunakan.
6. Beritahu Kontak Anda
Segera setelah Anda menyadari akun Anda diretas, beri tahu kontak, teman, atau pengikut Anda mengenai kejadian ini. Ini akan membantu mereka menghindari kemungkinan serangan yang berasal dari akun Anda, seperti pesan berbahaya atau penipuan. Komunikasikan hal ini kepada mereka, baik Anda berhasil memulihkan akun Anda atau tidak.
7. Buat Akun Baru Jika Diperlukan
Jika semua cara untuk mengembalikan akun Anda tidak berhasil, pertimbangkan untuk membuat akun baru. Setelah itu, informasikan kepada semua kontak Anda bahwa Anda sekarang menggunakan akun baru tersebut. Jangan lupa untuk memperbarui informasi akun baru Anda di bank, layanan utilitas, atau situs web belanja yang relevan.
8. Laporkan Kejahatan Siber
Jika Anda merasa telah menjadi korban kejahatan dunia maya, Anda dapat melaporkan insiden tersebut ke pihak berwenang yang menangani penipuan atau cyber crime, seperti Action Fraud. Gunakan alat pelaporan online yang mereka sediakan untuk melaporkan detail kejadian yang Anda alami.
Upaya Internasional untuk Memerangi Cyber Crime dan Cyber Terrorism
National Cyber Security Alliance adalah sebuah kemitraan antara sektor publik dan swasta yang bertujuan meningkatkan kesadaran tentang cyber security dan menciptakan lingkungan digital yang lebih aman dan saling terhubung. Aliansi ini memainkan peran penting dalam upaya global melawan kejahatan siber dan terorisme siber.
Serupa dengan itu, Departemen Keamanan Dalam Negeri AS (DHS) bekerja sama dengan berbagai lembaga pemerintah dan mitra sektor swasta untuk berbagi informasi terkait potensi ancaman terorisme dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk melindungi keamanan nasional.
Langkah-langkah ini juga mencakup inisiatif antiterorisme yang bisa diterapkan oleh AS dan negara-negara lain untuk menghadapi tantangan Cyber Terrorism yang terus berkembang. Konvensi Kejahatan Dunia Maya yang diinisiasi oleh Dewan Eropa, juga dikenal sebagai Konvensi Budapest tentang Kejahatan Dunia Maya, merupakan perjanjian internasional pertama yang berfokus pada penanggulangan kejahatan dunia maya dan ancaman dunia maya.
Konvensi ini mengajak negara-negara untuk bekerja sama, berbagi informasi, dan menyelaraskan peraturan hukum nasional mereka. Hingga tahun 2024, sebanyak 69 negara telah meratifikasi perjanjian ini, dengan tambahan 22 negara lainnya yang telah diundang untuk bergabung.
Perserikatan Bangsa-Bangsa juga sedang mengusulkan perjanjian besar yang akan membahas berbagai aspek terkait kejahatan dunia maya, termasuk kerja sama internasional, akses otoritas penegak hukum terhadap bukti digital, dan perlindungan prosedural. Penyusunan naskah perjanjian ini, beserta seluruh negosiasi yang terkait, diharapkan akan selesai pada tahun 2024.
Cyber Terrorism: Ancaman yang Harus Diwaspadai
Cyber terrorism adalah bentuk kejahatan digital yang melibatkan penggunaan teknologi untuk menyerang sistem informasi, jaringan, atau data dengan tujuan menciptakan kerusakan, kepanikan, atau ketakutan di kalangan masyarakat. Serangan ini tidak hanya ditujukan untuk merusak infrastruktur, tetapi juga bisa mengganggu stabilitas politik, ekonomi, dan sosial suatu negara.
Dengan berkembangnya teknologi dan meningkatnya ketergantungan pada sistem digital, ancaman cyber terrorism menjadi semakin nyata dan mengkhawatirkan. Bahaya dari cyber terrorism tidak bisa dianggap remeh, karena dampaknya bisa meluas ke berbagai sektor, mulai dari pemerintahan, perbankan, kesehatan, hingga kehidupan sehari-hari.
Serangan seperti pencurian data pribadi, peretasan sistem kritis, dan penyebaran informasi palsu bisa berujung pada kerugian besar, baik materiil maupun immateriil. Oleh karena itu, kesadaran akan bahaya cyber terrorism dan upaya pencegahannya sangat penting untuk melindungi masyarakat dan memastikan keamanan di era digital ini.