Apa Itu Bootstrap? Fungsi, Kelebihan, dan Cara Menggunakannya

Apa Itu Bootstrap? Fungsi, Kelebihan, dan Cara Menggunakannya

Daftar Isi

Tahukah Anda bahwa bootstrap adalah salah satu framework paling populer yang sering dipakai untuk membangun tampilan website dengan cepat dan rapi? Banyak developer memilihnya karena praktis, fleksibel, dan sudah menyediakan berbagai komponen siap pakai. 

Artikel ini akan membahas apa itu bootstrap, bagaimana fungsinya, serta kelebihan yang membuatnya diminati. Tidak hanya itu, Anda juga akan menemukan cara sederhana untuk mulai menggunakannya. Jadi, jika penasaran bagaimana teknologi ini bisa membantu menciptakan desain web modern tanpa ribet, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Apa Itu Bootstrap?

Bootstrap adalah sebuah framework front-end yang populer, gratis, dan bersifat open-source. Framework ini dibangun dengan menggunakan HTML, CSS, dan JavaScript untuk membantu developer membuat tampilan website lebih cepat dan efisien.

Framework ini dirancang untuk mempercepat proses pengembangan web yang responsif dengan pendekatan mobile-first. Artinya, tampilan website dapat menyesuaikan diri secara optimal di berbagai ukuran layar, mulai dari perangkat seluler hingga desktop.

Tujuan utamanya adalah mempermudah pengembangan web dengan menyediakan kumpulan template berbasis HTML dan CSS untuk elemen penting seperti navigasi, tombol, tipografi, formulir, hingga komponen antarmuka lainnya. Dengan begitu, developer tidak perlu menulis kode CSS dari awal. 

Sejarah Perkembangan Bootstrap

Bootstrap mengalami perjalanan panjang dengan berbagai pembaruan yang terus menyesuaikan kebutuhan zaman. Setiap versi menghadirkan fitur baru yang membuatnya semakin fleksibel dan mudah digunakan. Mari kita telusuri bagaimana perkembangan Bootstrap dari awal hingga sekarang.

1. Versi Pertama

Perjalanan Bootstrap dimulai dengan nama Twitter Blueprint. Framework ini dikembangkan oleh Mark Otto dan Jacob Thornton dari tim developer Twitter pada tahun 2011 sebagai proyek internal. 

Mereka merancangnya untuk menciptakan sistem yang konsisten dalam penggunaan perangkat internal. Pada 19 Agustus 2011, Bootstrap resmi diluncurkan sebagai proyek open-source agar bisa digunakan secara luas oleh publik.

2. Versi Kedua dan Ketiga

Pada 31 Januari 2012, Bootstrap 2 resmi hadir dengan fitur baru berupa sistem layout berbasis 12 kolom grid yang responsif. Versi ini juga menambahkan dukungan Glyphicons dan beberapa komponen tambahan.

Setahun kemudian, tepatnya pada 19 Agustus 2013, versi 3 dirilis. Pembaruan kali ini memperkenalkan tampilan flat design dan konsep mobile-first sehingga semakin ramah digunakan di perangkat seluler.

3. Versi Keempat

Rilis stabil Bootstrap 4 terjadi pada 18 Januari 2018. Versi ini membawa perubahan besar, seperti peralihan dari Less ke Sass, sistem kustomisasi navigasi yang lebih fleksibel, serta penggunaan satuan em menggantikan piksel. Perubahan tersebut membuat Bootstrap lebih adaptif dan mudah dikembangkan sesuai kebutuhan desain modern.

4. Versi Kelima

Versi terbaru, Bootstrap 5, memperkenalkan pembaruan signifikan. Framework ini menghapus dukungan jQuery dan menggantinya dengan Vanilla JavaScript, sehingga lebih ringan dan efisien. Selain itu, dokumentasi yang sebelumnya berbasis Jekyll dimigrasikan ke Hugo, membuat pengelolaan dokumentasi menjadi lebih cepat dan praktis.

Fungsi Bootstrap

Bootstrap berfungsi untuk mempercepat sekaligus memudahkan proses development tampilan website yang responsif dan mobile-friendly. Beberapa fungsi spesifik yang bisa Anda manfaatkan dari Bootstrap antara lain:

  • Membuat website responsif dan mobile-first. Sistem grid Bootstrap mempermudah Anda membangun website ramah seluler yang dapat menyesuaikan diri pada berbagai ukuran layar.
  • Membangun tata letak dengan sistem grid 12 kolom. Anda bisa mengatur baris dan kolom dengan mudah tanpa menulis kueri media tambahan di file CSS. Hal ini membantu menata konten sesuai layar pengguna.
  • Menyediakan berbagai komponen desain siap pakai. Anda dapat menggunakan navigation bar, carousel gambar, tombol, modal, hingga sistem grid tanpa membuatnya dari awal.
  • Mengatur tampilan gambar yang responsif. Dengan class .img-responsive, ukuran gambar otomatis menyesuaikan layar. Bootstrap juga memberi opsi tambahan seperti .img-circle atau .img-rounded untuk memodifikasi bentuk gambar.
  • Meningkatkan interaktivitas website. Bootstrap menyediakan plugin jQuery seperti kotak dialog, tooltips, dan carousel yang menambah pengalaman pengguna.
  • Meningkatkan konsistensi desain. Front-end team dan back-end bisa menggunakan referensi yang sama sehingga tampilan tombol, navigasi, form input, dan tabel tetap seragam di semua halaman.

3 File Utama Bootstrap

Ketiga file ini memiliki peran besar dalam mengatur tampilan hingga interaktivitas situs web. Dengan memahami fungsinya, Anda akan lebih mudah memanfaatkan framework ini secara maksimal.

3 File Utama Bootstrap

1. Bootstrap.css

Bootstrap.css berfungsi mengatur dan mengelola tata letak (layout) sebuah situs web. Jika HTML mengatur struktur konten, maka CSS bertugas menata tampilannya. Dengan file ini, developer bisa membuat tampilan seragam di banyak halaman tanpa perlu menulis coding dari awal. 

Anda cukup mereferensikan halaman web ke file CSS, lalu semua perubahan dapat dilakukan langsung dari file tersebut. Selain mengatur teks, CSS juga memformat tabel, gambar, hingga keseluruhan tata letak.

2. Bootstrap.js

Bootstrap.js adalah bagian inti yang menangani interaktivitas situs web. Sebelumnya, banyak developer menggunakan jQuery untuk mempercepat proses, seperti membuat animasi, menambahkan dinamika pada konten, hingga mengelola permintaan AJAX

Namun, mulai versi 5, bootstrap sudah tidak lagi bergantung pada jQuery dan beralih ke Vanilla JavaScript. Hal ini membuat kinerja lebih ringan sekaligus mempermudah integrasi lintas platform.

3. Glyphicons

Ikon memainkan peran penting dalam antarmuka pengguna. Dalam bootstrap, ikon bawaan yang digunakan adalah Glyphicons. Ikon ini membantu merepresentasikan aksi atau data tertentu pada tampilan. Meskipun sederhana, fungsinya sangat penting. 

Jika ingin variasi lebih luas, Anda bisa menggunakan ikon premium dari penyedia pihak ketiga atau mengunduh ikon gratis dari situs seperti Flaticon, GlyphSearch, dan Icons8. Untuk menyesuaikan ukuran, Anda cukup menimpa gaya default dengan properti CSS seperti:

.glyphicon {

  font-size: 20px;

}

Kelebihan dan kekurangan Bootstrap

​​Sebelum menggunakan framework ini, penting untuk memahami apa saja kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Dengan begitu, Anda bisa menilai apakah Bootstrap cocok untuk kebutuhan proyek Anda.

1. Kelebihan Bootstrap

Bootstrap memiliki banyak keunggulan yang membuatnya populer di kalangan developer. Beberapa di antaranya adalah:

  • Mudah digunakan dan dipelajari: Anda dapat mempelajari Bootstrap dengan cepat jika sudah memahami dasar HTML, CSS, dan JavaScript. Struktur file-nya sederhana, ditambah banyak tutorial serta forum online yang siap membantu.
  • Responsif dan mobile-first: Bootstrap memungkinkan Anda membuat website yang responsif dan ramah perangkat seluler. Sistem grid bawaannya membuat penataan elemen di berbagai ukuran layar menjadi lebih mudah.
  • Sistem grid yang canggih: Anda bisa menyusun baris dan kolom dengan fleksibel tanpa harus menulis kueri media tambahan di file CSS. Hal ini mempercepat proses pengembangan tata letak.
  • Kompatibel dengan banyak browser: Website berbasis Bootstrap dapat berjalan lancar di web browser modern seperti Chrome, Firefox, hingga Internet Explorer terbaru.
  • Open-source dan gratis: Anda bisa menggunakan Bootstrap tanpa biaya sekaligus berkontribusi pada pengembangannya.
  • Mempercepat waktu pengembangan: Komponen siap pakai membuat Anda tidak perlu menulis code dari nol, sehingga proses pembangunan website lebih efisien.
  • Meningkatkan konsistensi desain: Komponen standar seperti tombol, navigasi, dan form input sudah memiliki gaya bawaan yang seragam.

2. Kekurangan Bootstrap

Walaupun menawarkan banyak kelebihan, Bootstrap tetap memiliki keterbatasan yang perlu Anda pertimbangkan:

  • Gaya visual serupa: Banyak website Bootstrap terlihat mirip karena menggunakan komponen default. Anda perlu menambahkan kustomisasi agar tampilannya lebih unik.
  • Beresiko memperlambat website: File CSS dan JavaScript yang cukup besar bisa membuat waktu loading lebih lama, terutama di perangkat seluler. Untuk mengatasinya, gunakan hanya class yang diperlukan dan pilih file versi minify.
  • Membutuhkan proses pembelajaran: Walau relatif mudah, Anda tetap harus meluangkan waktu untuk memahami sistem grid dan cara penggunaan kelas-kelasnya dengan benar.
  • Masalah kompatibilitas dengan browser lama: Beberapa tampilan mungkin tidak berjalan optimal di versi lama browser, sehingga pengalaman pengguna bisa terpengaruh.
  • Output HTML berlebih: Gaya Bootstrap yang cukup besar dapat menghasilkan output yang tidak diperlukan, sehingga bisa membuang sumber daya perangkat.

Cara Menginstall Bootstrap

Anda bisa menginstal bootstrap dengan dua cara, yaitu secara manual atau secara online. Cara online lebih sering digunakan karena memanfaatkan CDN (Content Delivery Network) yang membuat proses integrasi lebih cepat dan praktis.

1. Menggunakan CDN (Content Delivery Network)

Nah, berikut ini cara menginstal bootstrap dengan menggunakan CDN:

1. Menambahkan File CSS: Letakkan tautan Bootstrap CSS di bagian <head> dokumen HTML.

2. Menambahkan File JavaScript: Tempatkan script di bagian bawah, tepat sebelum penutup </body>, agar HTML termuat lebih dulu.

  • Bootstrap Versi Lama (dengan jQuery): <script src=”https://ajax.googleapis.com/ajax/libs/jquery/1.11.3/jquery.min.js”></script>
    <script src=”js/bootstrap.min.js”></script> Atau: <script src=”https://maxcdn.bootstrapcdn.com/bootstrap/3.4.0/js/bootstrap.min.js”></script>
  • Bootstrap Versi 5 (tanpa jQuery): Sejak versi 5, Bootstrap tidak lagi membutuhkan jQuery. Anda cukup menggunakan bundle berikut: <script src=”https://cdn.jsdelivr.net/npm/[email protected]/dist/js/bootstrap.bundle.min.js” integrity=”sha384-ho+j7jyWK8fNQe+A12Hb8AhRq26LrZ/JpcUGGOn+Y7RsweNrtN/tE3MoK7ZeZDyx” crossorigin=”anonymous”></script>

Setelah kode ditambahkan, Anda bisa langsung mengembangkan website menggunakan komponen yang tersedia di dalam Bootstrap. Namun, perlu diingat bahwa performa bisa dipengaruhi oleh kualitas jaringan pengguna dan kecepatan server CDN.

2. Menggunakan Package Manager

Alternatif lain adalah menginstal bootstrap melalui package manager. Tool ini mempermudah pengelolaan, pembaruan, hingga penyesuaian framework. Beberapa pilihan populer yaitu:

  • npm: mengelola dependensi sisi server.
  • Composer: banyak digunakan di front-end.
  • Bower: cocok untuk proyek PHP.

Dengan package manager, developer bisa lebih fleksibel mengatur gaya sesuai kebutuhan. Misalnya, mereka dapat mengimpor port Sass untuk membuat stylesheet kustom dan menambahkan fungsi tambahan pada bootstrap.

Cara Menggunakan Bootstrap

Menggunakan Bootstrap sangat memudahkan pekerjaan Anda dalam membangun tampilan website. Berikut adalah langkah-langkah yang bisa Anda ikuti.

1. Pembuatan Tabel

Anda bisa membuat tabel dengan rapi hanya dengan menambahkan class sederhana pada elemen <table>. Contohnya:

  • <table class=”table table-stripped”>
  • <table class=”table table-hover”>
  • <table class=”table table-responsive”>
  • Atau cukup gunakan class “table” untuk struktur dasar tabel.

2. Penambahan Button

Untuk membuat tombol, Anda bisa menambahkan class berikut pada elemen:

  • .btn
  • .btn-primary (biru)
  • .btn-warning (kuning)
  • .btn-danger (merah)
  • .btn-secondary (abu-abu)
  • .btn-success (hijau)

3. Membuat Pesan Notifikasi (Alert)

Pesan notifikasi berguna untuk memberi informasi penting kepada pengguna. Anda hanya perlu mengganti class menjadi:

  • .alert

Kode ini akan menghasilkan pesan khusus yang menandakan adanya peringatan atau informasi tertentu di halaman.

4. Membuat Tampilan Gambar

Bootstrap juga mendukung tampilan gambar yang responsif dan menarik. Beberapa class yang bisa digunakan, antara lain:

  • .img-responsive untuk gambar otomatis menyesuaikan ukuran layar
  • .img-rounded untuk sudut gambar membulat
  • .img-circle untuk  gambar berbentuk lingkaran
  • img-thumbnail untuk menambahkan bingkai thumbnail

5. Pembuatan Panel

Anda dapat membuat panel dengan cara menambahkan class panel ke dalam elemen <div>. Contohnya:

  • <div class=”panel panel-default”>
  • <div class=”panel panel-primary”>

Panel ini sering dipakai untuk menampilkan konten khusus dengan bingkai yang lebih terstruktur.

Mengapa Bootstrap Layak Digunakan?

Bootstrap bukan sekadar framework biasa, tetapi sebuah solusi praktis untuk membangun tampilan website yang modern, konsisten, dan responsif. Dengan beragam komponen siap pakai, sistem grid yang fleksibel, serta dukungan komunitas yang besar, Anda bisa mempercepat proses pengembangan tanpa harus menulis kode dari nol. 

Walaupun memiliki keterbatasan, Bootstrap tetap menjadi pilihan utama banyak developer karena kemudahan dan efisiensinya. Jika ingin menciptakan situs yang profesional dan mobile-friendly dengan waktu pengembangan lebih singkat, maka Bootstrap adalah langkah cerdas yang layak dipertimbangkan.

FAQ (Frequently Asked Question)

Bagaimana strategi arsitektur CSS di Bootstrap 5 berubah dibanding versi sebelumnya dalam konteks modularitas dan maintainability?

Bootstrap 5 meninggalkan ketergantungan pada jQuery dan memodernisasi arsitektur CSS-nya dengan sistem utility-firstberbasis Sass yang lebih modular. Setiap komponen kini bisa diimpor secara selektif menggunakan partial imports, memungkinkan pengembang memuat hanya bagian yang dibutuhkan—mengurangi ukuran bundle dan mempercepat waktu muat. Pendekatan ini mendekati filosofi Tailwind, tetapi tetap mempertahankan keseimbangan antara utility classesdan semantic components yang khas Bootstrap.

Mengapa penggunaan kelas utilitas berlebihan di Bootstrap bisa berujung pada technical debt dan bagaimana cara mengendalikannya?

Walau kelas utilitas mempercepat prototyping, penyalahgunaannya sering membuat markup sulit dirawat dan tidak konsisten antar halaman. Solusi terbaik adalah membuat custom utility map di file Sass agar kelas utilitas hanya mencakup skenario yang relevan dengan sistem desain proyek. Pengembang juga disarankan untuk mendefinisikan komponen reusable (seperti tombol dan card) di lapisan desain internal agar penggunaan kelas tidak menjelma menjadi “spaghetti CSS” di masa depan.

Bagaimana Bootstrap dapat dioptimalkan untuk performa pada proyek berskala besar tanpa kehilangan konsistensi visual?

Gunakan tree-shaking dengan sass atau postcss untuk membuang utilitas yang tidak digunakan, dan kompres CSS menggunakan purgecss atau unocss. Di sisi JavaScript, manfaatkan modular import melalui ES Modules alih-alih bundel penuh bootstrap.bundle.js. Terapkan pula sistem design token dengan variabel Sass agar perubahan skema warna, radius, dan tipografi bisa dikelola secara global tanpa duplikasi definisi.

Bagaimana Bootstrap menangani desain adaptif di era komponen dinamis dan layout berbasis container-fluid yang fleksibel?

Bootstrap memanfaatkan sistem grid berbasis flexbox (dan kini juga mendukung CSS Grid eksperimental) yang memungkinkan layout beradaptasi otomatis terhadap viewport. Desain adaptif dapat dikontrol dengan breakpoint yang sepenuhnya dapat dikustomisasi lewat variabel Sass. Untuk proyek yang memerlukan dinamika runtime (misalnya layout yang berubah berdasarkan data pengguna), kombinasi Bootstrap Utility API dan CSS custom properties memberi fleksibilitas tanpa kehilangan konsistensi antar komponen.

Apa dampak mengganti preprocessor Sass di Bootstrap dengan CSS variable murni terhadap fleksibilitas dan kinerja tema?

Bootstrap 5 mengadopsi CSS variables untuk runtime theming, memungkinkan perubahan gaya dilakukan langsung di browser tanpa proses build ulang. Namun, ini juga berarti kehilangan sebagian kekuatan logika Sass seperti loops dan mixins. Untuk proyek besar, kombinasi keduanya sering digunakan: Sass untuk logika build dan CSS variable untuk dynamic theme switching. Pendekatan hybrid ini menjaga performa tanpa mengorbankan fleksibilitas desain real-time.

Bagaimana cara mengintegrasikan Bootstrap dengan framework modern seperti React, Vue, atau Svelte tanpa mematahkan prinsip isolasi komponen?

Hindari mengimpor seluruh CSS global; gunakan CSS modules atau scoped styles untuk memastikan gaya hanya berlaku di dalam komponen yang relevan. Untuk JavaScript, gunakan pustaka seperti React-Bootstrap atau BootstrapVue yang menulis ulang komponen native dengan pendekatan deklaratif. Integrasi ini menjaga prinsip unidirectional data flowsembari mempertahankan tampilan yang konsisten dengan ekosistem Bootstrap.

Mengapa sistem spacing dan sizing di Bootstrap bisa menjadi akar inkonsistensi desain dan bagaimana menatanya kembali secara sistemik?

Masalah muncul ketika tim memakai kombinasi m-*, p-*, dan kelas utilitas tanpa acuan desain yang jelas. Solusinya adalah menetapkan spacing scale di file Sass, misalnya berbasis unit rem, lalu membatasi penggunaannya ke rentang yang disetujui oleh tim desain. Dengan mendefinisikan token spacing yang konsisten dan membangun utilitas dari token tersebut, Bootstrap menjadi tulang punggung desain yang lebih presisi dan mudah diuji.

Bagaimana Bootstrap dapat dikombinasikan dengan sistem desain internal perusahaan tanpa menimbulkan konflik identitas visual?

Gunakan Bootstrap sebagai foundation layer—bukan sebagai sistem desain final. Buat layer tema di atas Bootstrap yang memodifikasi warna, radius, tipografi, dan komponen utama agar mencerminkan identitas merek perusahaan. Dengan memanfaatkan Sass variable dan theme map, Anda bisa menghasilkan custom design system yang kompatibel dengan Bootstrap tanpa kehilangan kemampuan upgrade di masa depan.

Bagaimana pendekatan aksesibilitas (a11y) di Bootstrap berevolusi dan bagaimana memastikan komponen kustom tetap memenuhi standar WCAG?

Bootstrap 5 memperluas atribut ARIA dan memperbaiki focus management, terutama untuk komponen seperti modal, dropdown, dan navbar. Namun, ketika Anda menulis komponen kustom, tanggung jawab a11y tetap di tangan developer—misalnya memastikan aria-expanded dan aria-controls sinkron dengan interaksi pengguna. Gunakan alat audit seperti Lighthouse atau axe-core untuk menguji kepatuhan WCAG dan pertahankan semantic HTML agar screen reader dapat menafsirkan struktur halaman dengan benar.

Bagaimana tren Bootstrap akan berkembang di era CSS modern yang didominasi utility frameworks dan design tokens?

Bootstrap kini bergerak menuju integrasi yang lebih ringan dan fleksibel—bukan lagi toolkit monolitik, tetapi sistem design foundation yang bisa diatur ulang oleh pengembang. Versi mendatang berfokus pada CSS variables-first architecture, dukungan penuh untuk container queries, serta kompatibilitas dengan design token standard (W3C). Artinya, Bootstrap bukan sedang kalah dari utility frameworks, melainkan bertransformasi untuk menjadi dasar interoperabilitas antarsistem desain di era multi-framework.

Isi form berikut! Tim kami segera menghubungi Anda.