Serangan Distributed Denial of Service (DDoS) menjadi salah satu ancaman paling berbahaya dalam dunia siber modern. Dengan memanfaatkan ribuan hingga jutaan perangkat yang terinfeksi, pelaku kejahatan siber dapat melumpuhkan situs web, server, atau jaringan hanya dalam hitungan menit.
Dengan mengenali pola dan karakteristiknya, langkah pencegahan serta mitigasi dapat dilakukan dengan lebih efektif. Berikut adalah jenis serangan DDoS yang perlu diwaspadai agar sistem keamanan digital Anda tetap terlindungi.
Kenapa Bisnis Harus Waspada Terhadap Serangan DDoS
Di era digital yang serba terhubung, keberlangsungan bisnis sangat bergantung pada stabilitas sistem online. Serangan DDoS (Distributed Denial of Service) dapat membuat situs web atau layanan digital tidak dapat diakses, menyebabkan penurunan kepercayaan pelanggan dan kerugian finansial yang signifikan.
Selain mengganggu operasional, DDoS juga sering digunakan sebagai langkah awal sebelum serangan yang lebih besar seperti pencurian data. Oleh karena itu, kewaspadaan terhadap ancaman ini menjadi keharusan bagi setiap bisnis, baik skala kecil maupun besar.
3 Jenis Serangan DDoS
Serangan DDoS memiliki berbagai bentuk, namun secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori utama. Setiap jenis serangan memiliki karakteristik dan metode berbeda dalam melumpuhkan sistem target. Dengan memahami perbedaannya, bisnis dapat menyiapkan strategi perlindungan yang lebih efektif.
1. Serangan Volumetrik (Volumetric Attacks)
Jenis serangan ini bekerja dengan membanjiri jaringan menggunakan volume lalu lintas data yang sangat besar. Tujuannya adalah memenuhi kapasitas bandwidth hingga server tidak mampu lagi memproses permintaan pengguna sah.
Biasanya pelaku memanfaatkan botnet atau sekumpulan perangkat terinfeksi untuk mengirimkan jutaan permintaan dalam waktu bersamaan. Akibatnya, situs web menjadi sangat lambat atau bahkan sepenuhnya offline.
2. Serangan Protokol (Protocol Attacks)
Serangan protokol menargetkan lapisan transport dan jaringan, seperti TCP, UDP, atau ICMP. Tujuannya adalah menguras sumber daya server dan perangkat jaringan seperti router atau firewall agar tidak dapat menangani permintaan normal.
Contoh umum dari serangan ini adalah SYN Flood, di mana penyerang mengirim banyak permintaan sambungan palsu yang tidak pernah diselesaikan. Akibatnya, server kehabisan kapasitas untuk menerima koneksi baru dari pengguna sebenarnya.
3. Serangan Lapisan Aplikasi (Application Layer Attacks)
Serangan lapisan aplikasi bekerja pada level tertinggi dari model OSI, yaitu lapisan aplikasi yang berinteraksi langsung dengan pengguna. Target utama biasanya halaman login, API, atau formulir yang membutuhkan pemrosesan intensif di server.
Karena mirip dengan lalu lintas pengguna normal, serangan ini sulit dideteksi. Namun dampaknya sangat berbahaya karena dapat melumpuhkan situs tanpa membutuhkan banyak bandwidth, cukup dengan memanfaatkan kelemahan di sisi aplikasi.
Baca Juga : Kasus Serangan DDoS di Indonesia dan Dunia
Cara Menangkal Serangan DDoS
Untuk melindungi bisnis dari dampak serius serangan DDoS, perusahaan perlu menerapkan berbagai lapisan pertahanan. Strategi pencegahan dan deteksi dini menjadi kunci utama agar sistem tetap berjalan stabil meski terjadi upaya serangan.

1. Menggunakan Layanan Anti-DDoS
Layanan Anti-DDoS dirancang khusus untuk memfilter lalu lintas berbahaya sebelum mencapai server utama. Solusi ini biasanya ditawarkan oleh penyedia cloud atau keamanan siber dengan sistem pemantauan global.
Dengan teknologi seperti scrubbing center dan filtering otomatis, layanan ini mampu memblokir serangan dalam hitungan detik tanpa mengganggu akses pengguna sah.
2. Menerapkan Sistem Deteksi Intrusi (IDS) dan Sistem Pencegahan Intrusi (IPS)
IDS dan IPS berfungsi untuk mendeteksi serta mencegah aktivitas mencurigakan di jaringan. IDS mengidentifikasi anomali, sementara IPS secara aktif memblokir serangan saat terdeteksi.
Kombinasi keduanya memberikan perlindungan real-time yang dapat mengurangi risiko serangan DDoS maupun serangan siber lainnya.
3. Menerapkan Rate Limiting dan Throttling
Rate limiting adalah teknik untuk membatasi jumlah permintaan yang dapat dikirim oleh pengguna dalam periode waktu tertentu. Ini mencegah pelaku mengirimkan permintaan berlebihan ke server.
Throttling bekerja serupa, dengan memperlambat respons terhadap pengguna yang mencurigakan. Dengan cara ini, server tetap bisa melayani pengguna normal tanpa terganggu.
4. Menggunakan Load Balancer
Load balancer mendistribusikan lalu lintas jaringan ke beberapa server agar beban tidak terpusat di satu titik. Dengan demikian, jika satu server diserang, server lainnya tetap bisa menangani permintaan pengguna.
Teknologi ini sangat efektif untuk menjaga kinerja sistem tetap optimal meski terjadi lonjakan trafik mendadak akibat serangan.
5. Menyembunyikan Alamat IP Server
Menjaga kerahasiaan alamat IP server utama dapat mengurangi risiko penyerang menemukan target sebenarnya. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan Content Delivery Network (CDN) atau proxy.
Dengan demikian, semua lalu lintas akan melewati lapisan perantara, membuat server asli terlindungi dari serangan langsung.
6. Melakukan Konfigurasi Firewall dengan Tepat
Firewall adalah garis pertahanan pertama terhadap ancaman siber, termasuk DDoS. Dengan konfigurasi yang tepat, firewall dapat memblokir lalu lintas berbahaya berdasarkan alamat IP, port, atau pola tertentu.
Pembaruan aturan firewall secara berkala sangat penting untuk memastikan sistem tetap tangguh menghadapi serangan baru.
7. Memantau Lalu Lintas Jaringan Secara Real-Time
Pemantauan lalu lintas secara real-time memungkinkan tim IT mendeteksi anomali sejak dini. Lonjakan trafik yang tidak biasa bisa menjadi tanda awal terjadinya serangan DDoS.
Dengan alat monitoring modern, perusahaan dapat mengambil tindakan cepat sebelum serangan berkembang lebih besar dan mengganggu operasional bisnis.
Waspadai Serangan DDoS Sebelum Terlambat
Dalam dunia bisnis digital yang semakin kompetitif, serangan DDoS bukan lagi ancaman sepele, melainkan risiko nyata yang bisa melumpuhkan operasional hanya dalam hitungan menit. Ketika situs web tidak bisa diakses, pelanggan akan berpindah ke kompetitor, dan reputasi yang dibangun selama bertahun-tahun bisa runtuh seketika.
Karena itu, perusahaan wajib memiliki strategi perlindungan yang matang untuk menjaga kelangsungan bisnisnya. Investasi pada keamanan siber bukan sekadar pengeluaran, tetapi langkah strategis untuk melindungi kepercayaan pelanggan dan memastikan layanan tetap berjalan stabil di tengah gempuran ancaman digital yang semakin kompleks.
Baca Juga : 16 DDoS Attack Tools yang Paling Sering Digunakan

















