Apa itu Regression Testing? Tujuan, Teknik, dan Tools

Apa itu Regression Testing? Tujuan, Teknik, dan Tools

Daftar Isi

Regression Testing adalah salah satu proses penting dalam pengembangan perangkat lunak yang sering luput dari perhatian, padahal sangat menentukan kestabilan aplikasi. Jika Anda pernah mengalami fitur yang sebelumnya berjalan normal tiba-tiba bermasalah setelah update, di sinilah regression testing berperan. 

Artikel ini akan membahas tujuan pengujian ini, berbagai teknik yang biasa digunakan, serta tools populer yang dapat membantu Anda menerapkannya secara efisien. Dengan memahami konsep ini, Anda bisa menghindari risiko bug lama muncul kembali. Jadi, pastikan membaca sampai selesai!

Apa itu Regression Testing?

Regression testing merupakan proses penting dalam pengujian perangkat lunak yang bertujuan memastikan bahwa perubahan terbaru, seperti pembaruan kode, perbaikan bug, atau penambahan fitur baru, tidak merusak fungsi yang sudah ada sebelumnya dalam aplikasi. 

Saat tim pengembang memperbarui bagian tertentu dari kode, mereka harus memastikan bahwa pembaruan tersebut tidak menimbulkan masalah baru di bagian lain yang tidak ikut diubah. Dengan cara ini, tim bisa mendeteksi potensi gangguan sebelum perangkat lunak dirilis ke pengguna atau pasar, sekaligus menjaga keandalan produk secara keseluruhan.

Tujuan Regression Testing

Setiap kali pengembang memperbarui, memperbaiki, atau menambahkan fitur baru ke dalam perangkat lunak, ada risiko fungsi yang sudah berjalan dengan baik ikut terganggu. Di sinilah regression testing berperan penting. 

1. Mengurangi Risiko Kerusakan Perangkat Lunak

Pengembang menggunakan regression testing untuk mengurangi risiko kerusakan atau error setelah perangkat lunak mengalami perubahan. Dengan menjalankan pengujian ini secara rutin, mereka dapat memastikan bahwa pengguna tidak akan menghadapi gangguan fungsi akibat pembaruan yang dilakukan. 

Tim juga bisa mendeteksi dan mencegah munculnya bug baru yang mengganggu stabilitas sistem. Selain itu, mereka dapat menjalankan automated testing pada fitur-fitur penting setiap kali ada pembaruan, sehingga memperkecil kemungkinan kerusakan fungsi yang sudah ada.

2. Menghemat Waktu dan Biaya Pengujian Perangkat Lunak

Tim pengembang menghemat banyak waktu dan biaya dengan memanfaatkan regression testing. Mereka tidak perlu menguji ulang perangkat lunak dari awal, karena bisa menggunakan kembali skrip pengujian yang sudah ada untuk membandingkan hasil sebelumnya dan sekarang. 

Saat pengujian dijalankan secara otomatis, proses ini menjadi lebih cepat dan efisien. Mereka bahkan bisa menjadwalkannya saat jam tidak produktif, seperti malam hari. Dengan cara ini, pengujian bisa dilakukan lebih sering tanpa membebani tim, mempercepat development cycle, dan mempercepat waktu peluncuran produk ke pasar.

3. Mengidentifikasi Bug pada Perangkat Lunak

Pengembang memanfaatkan regression testing untuk menemukan bug yang mungkin muncul setelah ada perubahan. Dengan melibatkan pengujian ini secara konsisten, mereka dapat memastikan bahwa fungsi perangkat lunak tetap berjalan sesuai dengan kebutuhan bisnis. 

Pengujian ini juga membantu mereka mendeteksi efek samping yang tidak diinginkan, serta mencegah bug lama muncul kembali. Melalui penggunaan automated tools, pengembang dapat menemukan dan menangani masalah lebih cepat sebelum masuk ke tahap produksi.

4. Memelihara Fungsi Perangkat Lunak

Pengembang menjalankan regression testing untuk menjaga agar fungsi lama tetap berjalan meskipun perangkat lunak mengalami perubahan. Mereka memastikan bahwa fitur yang sebelumnya berfungsi tidak terganggu setelah penambahan atau modifikasi. 

Tujuan utamanya adalah menjaga konsistensi fungsi, sehingga pengguna tetap mendapatkan pengalaman yang stabil dan mulus. Dengan mendeteksi gangguan sejak awal, tim bisa mempertahankan performa dan keandalan aplikasi secara keseluruhan.

Teknik Regression Testing

Setelah melakukan perubahan pada perangkat lunak, Anda perlu memastikan bahwa fitur lama tetap berjalan normal. Berikut 5 teknik utama yang bisa Anda gunakan:

Teknik Regression Testing

1. Re-Test All

Dengan teknik Re-Test All, Anda menguji ulang seluruh fungsi perangkat lunak setelah kode mengalami perubahan. Tujuannya adalah memastikan semua fitur tetap stabil dan tidak muncul kesalahan baru. 

Teknik ini cocok digunakan saat Anda melakukan pembaruan besar atau perombakan total pada aplikasi. Meskipun memberikan cakupan menyeluruh, metode ini bisa menguras waktu dan sumber daya secara signifikan.

2. Test Selection

Melalui pendekatan Test Selection, Anda memilih bagian tertentu dari perangkat lunak yang perlu diuji ulang. Biasanya, bagian yang dipilih adalah yang paling rentan terhadap bug atau paling sering digunakan oleh pengguna.

Teknik ini membantu menghemat waktu dan tenaga karena hanya fokus pada area yang terdampak. Pendekatan ini juga sering disebut Selective Regression Testing dan bisa menggunakan bantuan kecerdasan buatan atau otomatisasi untuk mengidentifikasi test case yang paling relevan berdasarkan perubahan kode.

3. Test Case Prioritization

Dalam teknik Test Case Prioritization, Anda mengurutkan test case berdasarkan tingkat kepentingannya terhadap sistem. Anda akan memprioritaskan pengujian pada area yang paling krusial dan berisiko tinggi, terutama yang berdampak langsung pada fungsionalitas, keamanan, atau pengalaman pengguna.

4. Hybrid Approach

Teknik Hybrid Approach menggabungkan beberapa metode pengujian regresi sekaligus. Anda akan melakukan pengujian ulang terhadap seluruh fitur aplikasi, namun hanya bagian tertentu yang diuji secara mendalam. Pendekatan ini menyeimbangkan cakupan luas dan efisiensi, sehingga tetap bisa menghemat waktu dan biaya tanpa mengurangi kualitas.

5. Automated Regression Testing

Automated Regression Testing memungkinkan Anda menjalankan pengujian secara otomatis menggunakan tools dan skrip khusus, tanpa keterlibatan manusia secara langsung. Anda akan membuat skenario dan skrip pengujian yang akan berjalan setiap kali ada perubahan kode.

Otomatisasi ini tidak hanya mempercepat proses, tapi juga meningkatkan konsistensi dan mengurangi kesalahan manusia. Beberapa keuntungan utama dari teknik ini:

  • Speed: Pengujian berjalan jauh lebih cepat dibandingkan secara manual.
  • Accuracy: Hasil lebih akurat karena menghindari kesalahan manusia.
  • Cost Efficiency Over Time: Meski butuh biaya awal, pengujian otomatis mengurangi biaya jangka panjang.
  • Scalability: Mudah diperluas untuk berbagai versi dan lingkungan aplikasi.
  • Time Savings: Menghemat waktu untuk tugas berulang.

Teknik ini sangat cocok untuk proyek besar, test suite kompleks, dan alur kerja CI/CD. Anda bisa menggunakan alat seperti Selenium, TestComplete, atau Katalon Studio untuk menjalankannya secara optimal.

Regression Testing Tools

Dalam proses pengembangan perangkat lunak, Anda membutuhkan alat yang mampu menyederhanakan dan mengotomatisasi pengujian. Berikut ini adalah beberapa regression testing tools yang paling banyak digunakan:

Regression Testing Tools

1. Selenium

Selenium merupakan open-source tool yang populer untuk mengotomatisasi pengujian aplikasi web. Banyak tim QA memilihnya karena fleksibilitas dan komunitasnya yang luas.

  • Fitur: Mendukung berbagai bahasa pemrograman seperti Java, C#, dan Python. Selain itu, Selenium juga terintegrasi dengan pipeline CI/CD.
  • Kelebihan dan Penggunaan: Anda bisa melakukan pengujian regresi secara otomatis di berbagai browser, sangat ideal untuk aplikasi web dinamis.

2. JMeter

Meski lebih dikenal untuk performance testing, JMeter juga bisa Anda manfaatkan untuk kebutuhan pengujian regresi.

  • Penggunaan: Dengan memanfaatkan fitur yang ada, JMeter mampu menguji kembali aplikasi untuk memastikan performanya tetap stabil setelah update.

3. TestComplete

TestComplete adalah alat komersial yang dirancang untuk mengotomatisasi pengujian pada aplikasi desktop, web, dan mobile.

  • Fitur: Menyediakan opsi pembuatan skrip baik secara manual maupun scriptless, mendukung berbagai bahasa skrip, dan dilengkapi pengenalan objek berbasis AI.
  • Kelebihan dan Penggunaan: Tool ini sangat cocok untuk skenario regresi kompleks dan lintas platform, serta mendukung tim yang membutuhkan pengujian otomatis yang kuat dan skalabel.

4. Ranorex

Jika Anda mencari alat regresi yang mudah digunakan namun tetap tangguh, Ranorex bisa menjadi pilihan.

  • Fitur: Menawarkan antarmuka drag-and-drop, otomatisasi tanpa kode, laporan detail, serta fitur recording dan playback yang mempermudah pembuatan skrip uji.
  • Kelebihan dan Penggunaan: Cocok untuk pemula maupun pengguna berpengalaman. Sangat ideal untuk tim kecil hingga menengah yang butuh setup otomatisasi cepat.

5. Appium

Untuk pengujian aplikasi mobile, Appium menjadi solusi open-source yang paling banyak digunakan.

  • Fitur: Mendukung pengujian lintas platform pada Android dan iOS dengan satu codebase. Kompatibel dengan berbagai bahasa seperti Java dan Python, serta terintegrasi dengan banyak framework testing.
  • Penggunaan: Sangat cocok untuk regresi otomatis aplikasi mobile di berbagai perangkat.

Kapan Melakukan Regression Testing?

Anda perlu melakukan regression testing pada momen-momen tertentu dalam siklus pengembangan perangkat lunak untuk memastikan stabilitas dan kualitas aplikasi tetap terjaga.

  1. Pertama, lakukan regression testing setelah menambahkan kode baru atau memperbaiki bug. Proses ini membantu memastikan bahwa perubahan tersebut tidak mengganggu fungsi-fungsi lain yang sudah ada.
  2. Kedua, jalankan pengujian ini sebelum merilis produk. Dengan begitu, Anda bisa meminimalisir risiko kesalahan lama muncul kembali di versi akhir yang digunakan pengguna.
  3. Ketiga, lakukan pengujian ulang setiap kali terjadi perubahan pada konfigurasi sistem operasi, basis data, atau perangkat keras. Perubahan lingkungan teknis seperti ini bisa memicu gangguan tak terduga.

Intinya, setiap kali melakukan perubahan yang bisa memengaruhi perilaku sistem, maka regression testing menjadi langkah penting. Melalui proses ini, Anda dapat memastikan bahwa pembaruan tidak menimbulkan bug baru pada fitur-fitur yang sebelumnya berfungsi dengan baik.

Regression Testing adalah Investasi Kualitas

Regression testing adalah tahap tambahan dalam pengembangan perangkat lunak, dan merupakan  langkah strategis untuk menjaga performa dan keandalan sistem. Setiap kali Anda memperbarui, memperbaiki, atau mengembangkan aplikasi, Anda berisiko merusak fitur yang sebelumnya berjalan normal. 

Di sinilah peran regression testing menjadi sangat penting. Dengan menerapkan teknik yang tepat, Anda dapat mengurangi risiko serta mempercepat waktu rilis produk ke pasar. Jadi, jika kualitas dan kepuasan pengguna adalah prioritas, jangan pernah lewatkan proses ini dalam setiap siklus pengembangan.

FAQ (Frequently Asked Question)

Apa tantangan terbesar dalam melakukan regression testing pada sistem dengan arsitektur microservices, dan bagaimana cara mengatasinya?

Tantangan utamanya adalah kompleksitas dependensi antar layanan yang saling berkomunikasi. Perubahan kecil di satu layanan bisa menimbulkan bug pada layanan lain tanpa terdeteksi langsung. Cara mengatasinya adalah dengan membuat test suite modular, menggunakan service virtualization, serta menerapkan automated regression test pada API dan contract testing untuk memastikan integrasi antar layanan tetap konsisten.

Bagaimana regression testing beradaptasi pada sistem yang menerapkan continuous delivery dengan rilis harian atau bahkan per jam?

Dalam model rilis yang sangat cepat, regression testing manual tidak lagi realistis. Oleh karena itu, diperlukan regresi otomatis yang dijalankan di pipeline CI/CD dengan prioritas pada smoke test, sanity test, dan high-risk scenarios. Selain itu, test case harus dikelola secara dinamis dengan risk-based testing agar regresi tidak menghambat waktu rilis.

Mengapa flakiness pada automated regression test bisa menjadi masalah serius, dan bagaimana strategi terbaik untuk menguranginya?

Flaky test menurunkan kepercayaan tim terhadap hasil regression testing karena hasilnya tidak konsisten meskipun kode tidak berubah. Penyebab umum adalah ketergantungan pada data eksternal, kondisi lingkungan, atau race condition. Strategi terbaik adalah isolasi test environment, penggunaan mock/stub, serta pembersihan dan reset data secara otomatis sebelum test dijalankan.

Bagaimana regression testing bisa dioptimalkan dengan pendekatan machine learning?

Machine learning dapat digunakan untuk mengidentifikasi area kode yang paling berisiko terkena dampak dari perubahan, lalu memprioritaskan test case yang relevan. Selain itu, ML dapat menganalisis hasil regression testing historis untuk mendeteksi pola bug berulang sehingga test suite bisa diperkecil tanpa mengurangi efektivitas deteksi bug.

Apa perbedaan dampak regression testing pada aplikasi monolitik dibandingkan dengan sistem berbasis serverless?

Pada aplikasi monolitik, regression testing lebih terfokus pada satu unit besar sehingga cakupannya lebih luas namun terpusat. Sementara pada serverless, regression testing menghadapi tantangan unik berupa event-driven triggers, integrasi antar fungsi cloud, dan ketergantungan pada layanan pihak ketiga. Akibatnya, test suite perlu meniru kondisi produksi secara mendalam agar tidak terjadi bug di deployment nyata.

Bagaimana cara mengukur ROI dari regression testing dalam proyek perangkat lunak berskala besar?

ROI dapat diukur dengan membandingkan biaya implementasi regression testing (waktu, tenaga, infrastruktur) dengan nilai kerugian yang bisa dicegah akibat bug di produksi. Metrik yang sering digunakan meliputi defect leakage rate, defect removal efficiency, dan rata-rata waktu perbaikan bug. Semakin rendah jumlah bug kritis yang lolos ke produksi, semakin tinggi ROI regression testing.

Mengapa test data management menjadi faktor krusial dalam regression testing, terutama pada sistem yang sensitif terhadap privasi data?

Regression testing membutuhkan data yang realistis, tetapi menggunakan data produksi mentah bisa melanggar regulasi privasi seperti GDPR. Oleh karena itu, test data management harus mencakup masking, anonymization, atau synthetic data generation agar regression testing tetap representatif tanpa melanggar aturan keamanan data.

Bagaimana regression testing diterapkan pada perangkat IoT yang memiliki keterbatasan hardware?

Regression testing pada IoT tidak hanya menguji software, tetapi juga keterbatasan hardware seperti memori, daya, dan konektivitas. Oleh karena itu, diperlukan kombinasi hardware-in-the-loop testing dan simulasi virtual untuk memastikan perangkat tetap berfungsi dengan stabil meski ada update software.

Apa hubungan regression testing dengan observability tools dalam sistem produksi modern?

Regression testing bisa diperkaya dengan data dari observability tools seperti log, trace, dan metrics di sistem produksi. Dengan menganalisis data ini, tim QA dapat mengetahui skenario nyata yang sering dijalankan pengguna sehingga test case regression bisa lebih relevan dengan kondisi sebenarnya, bukan hanya asumsi di lab.

Bagaimana strategi regression testing berubah ketika proyek beralih dari waterfall ke agile development?

Dalam waterfall, regression testing biasanya dilakukan menjelang akhir siklus. Namun dalam agile, regression testing harus dilakukan lebih sering pada setiap sprint. Hal ini membutuhkan test suite yang otomatis, maintainable, dan selalu diperbarui sesuai backlog sprint, sehingga regresi bisa mendeteksi bug lebih cepat tanpa menghambat kecepatan pengembangan.

Isi form berikut! Tim kami segera menghubungi Anda.

Butuh Bantuan ?